Menangis
Ada empat jenis tangisan. Yang paling mendasar adalah tangisan karena lapar.
Ada lagi tangisan karena marah, karena sakit dan karena frustasi. Tangisan
karena lapar sifatnya ritmis. Tangisan karena marah memiliki irama yang
bervariasi. Tangisan karena rasa sakit biasanya tiba-tiba dan keras. Sedangkan
tangisan karena frustasi diikuti oleh dua atau tiga kali teriakan panjang tanpa
menahan napas. Tangisan bayi mesti ditanggapi dengan hati-hati dan lemah lembut. Bila ini
dilakukan para ibu secara konsekuen, bayi akan lebih jarang menangis saat
berumur setahun dibandingkan dengan bayi yang tidak cepat ditanggapi orang
tuanya.
Tersenyum
Senyuman pertama terjadi tidak lama setelah bayi lahir, yaitu hasil
aktivitas sistem saraf pusat. Biasanya senyuman itu terjadi saat bayi tidur. Di
minggu kedua, bayi sering tersenyum setelah diberi susu. Saat mengantuk, mereka
mungkin menanggapi suara orang yang mengasuhnya. Selanjutnya bayi mulai
terlihat suka tersenyum saat ia masih terjaga dan tidak sedang melakukan
aktivitas.
Setelah berusia sebulan, senyuman bayi akan lebih sering dan lebih memiliki
makna sosial untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka tersenyum kalau kedua
tangannya ditepukkan, atau kalau mendengar suara yang mereka kenal. Pada bulan
kedua mereka akan lebih tanggap pada orang-orang yang mereka kenal.
Tertawa
Bayi mulai tertawa sekitar usia empat bulan. Sebagian tawa mereka ada
kalanya terkait dengan takut, sebab kadang-kadang mereka bereaksi sama terhadap
ketakutan dan tertawa. Ketika usia bayi meningkat, mereka mulai tanggap
terhadap berbagai suara dan batuk dan mulai senang diajak bermain pada usia
tujuh sampai sembilan bulan. Perubahan ini mencerminkan perkembangan kognitif
mereka. Tertawa merupakan tanggapan terhadap lingkungan, yang membantu bayi
melepaskan ketegangannya dari situasi yang mengesalkan. Tertawa memperlihatkan
pentingnya hubungan antara perkembangan kognitif dan perkembangan sosial.