WELCOME

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Saya

Sabtu, 22 Oktober 2011

Pakan Unggas Berupa Pellet

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberhasilan produksi suatu usaha peternakan sangat ditentukan beberapa fakror, diantaranya sifat genetis ternak yang dipelihara, menejmen pemeliharaan dan makanan. Terpenuhinya kebutuhan makanan, baik kualitas maupun kuantitas, senagat menentukan penampilan produksi ternak yang dibudidayakan.
Pakan dapat dikatakan berkualitas baik jika mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat, baik jenis jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut bagi ternak.
Dalam produksi pakan ternak yang sebagian besar bahan utama pakan harus didatatangkan melalui impor. Dan disisi lain, distribusi pakan ternak komersil untuk unggas dari pabrik ke peternak, mata rantainya sangat panjang, sehingga harga jual di tingkat subagen atau penjual pakan menjadi mahal.
Mengingat kendala-kendala tersebut satu-satunya upaya yang menjadi efektif dalm rangka menghemat biaya produksi budidaya ternak adalah membuat pakan sendiri. Upaya ini dilakukan dengan memamfaatkan bahan baku pakan yang murah dan mudah diperoleh. Secara naluri unggas lebih menyukai pakan berbentuk butiran (pellet). Dimana pellet ini dapat meningkatkan komsumsi pakan, dan meningkatkan kadar energi metabolisme pakan dan dari segi ekonomi, pemakaian jenis pakan ini (pellet) akan memperpanjang lama penyimpanan dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan yang terkandung dalam komposisi pakan.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelet Secara Umum
Menurut Sarmono (2007), menytakan bahwa ada beberapa bentuk pakan ayam buras yaitu tepung halus, tepung kasar, pellet, atau bijian yang utuh. Pakan tepung halus digunakan untuk fase starter, tepung kasar untuk fase grower, selanjutnya pakan ayam buras dewasa berbentuk pellet, biji utuh, atau tepung kasar.
Bentuk butiran atau pellet merupakan perkembangan dari bentuk tepung komplit. Ransum bentuk “ pellet” ini juga ransum bentuk tepung komplit yang kemudian diproses kembali dengan prinsip pemberian uap dengan panas tertentu sehingga ransum ini menjadi lunak kemudian dicetak berbentuk butiran (pellet). Prinsip pembuatannya mirip dengan prinsip pembuatan cendol (Rasyaf, 2004). Menurut Anonim (2007), menyatakan dalam pembuatan terdiri atas proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan
B. Mamfaat Pembuatan Pakan Dalam Bentuk Pellet
Menurut Ichwan (2003), menyatakan bahwa mamfaat pembuatan dalam bentuk pellet ini dapat meningkatkan selera makan ayam, dan setiap butiran pellet mengandung nutrisi yang sama, sehingga formula pakan menjadi efesien dan ayam tidak diberi kesempatan untuk memilih -milih makanan yang disukai, namun menurut Amrullah (2004) ransum berbentuk remahan (crumbel) atau butiran (pellet) memeng dapat memperbaiki penampilan ayam yang dipelihara terutama karean dapat meningkatkan kepadatan zat makanan. Ransum berat jenisnya meningkat dan lebih banyak ransum yang dapat ditampung di dalam tembolok per satuan waktu. Rasa kenyang ayam lebih banyak ditentukan oloeh peregangan temboloknya.
Menurut Rasyaf (2004) menyatakan bahwa ransum berbentuk pellet menghasilkan ayam dengan berta badan tertinggi dibandingkan ransum tepung komplit. Namun, ransum berbentuk campuran antara butiran denagn crumbel (butiran pecah) mempunyai konversi pakan terbaik. Ransum berbentuk pellet ini hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir, yaitu pellet dengan ukuran garis tengah 3,2 mm. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini
Bentuk fisik ransum dan pengaruh terhadap pertumbuhan ayam broiler serta konversi ransum
Perlakuan
Berat badan ayam
umur 8 minggu
Konversi ransum
umur 8 minggu
Pellet
Bijian pecah
½ pellet ½ bijian pecah
Tepung komplit
1,90 – 4,92
1,90
1,90
1,84
2,16 -2,15
2,20
2,20
2,1
Sumber: North (1978).
C. Keleihan Dan Kekurangan Pellet
Kelebihan Pellet
Menurut Ichwan (2003), menyatakan bahwa adapun kelebihan pakan berbentuk pellet adalah sebagai berikut:
  • Meningkatkan selera makan ayam.
  • Pemborosan pakan akibat tumpah/terbuang dapat ditekan.
  • Dapat mengefesienkan formula pakan, karena setiap butiran pellet mengandung nutrisi yang sama.
Adapun kelebihan yang lain menurut Amrumlah (2004), menyatakan bahwa penyajian dalam bentuk pellet dari ransum yang mengandung serat kasar tinggi lebih memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menyajikan ransum berbentuk pellet yang kadar serat kasarnya rendah, pakan yang berbentuk pellet akan menghemat waktu yang diperlukan ayam untuk makan. Kendatipun banyak bergantung pada kepadatan ransum, kalau diperlukan 1 jam untuk menghabiskan sejumlah ransum pellet, maka untuk bobot yang sama ransum bentuk butiran akan memerlukan waktu selama 1,8 jam; 2,1 jam untuk ransum pellet yang dihancurkan ulang; dan 2,4 jam untuk ransum berbentuk tepung.
Kekurangan pellet
Pakan yang berbentuk pellet ini memiliki kelemahan diantaranya menyerap tambahan biaya investasi untuk membeli mesin pellet dan meningkatkan biaya oprasional. Selain itu bentuk butiran lengkap ini (pellet) hanya dapat diberikan pada ayam dewasa (Ichwan, 2003). Sedangkan menurut Amrullah (2004), menyatakan bahwa pakan yang berbentuk pellet sendiri tidak meningkatkan laju pertumbuhan broiler. Laju pertumbuhan meningkat karena komsumsinya menjadi lebih banyak sehingga tumbuh lebih cepat. Dan menurut Rasyaf (2004), menytakan bahwa salah satu kelemahan dari ransum berbentuk pellet adalah semakain besar kemungkinan terjadinya kanibalisme atau saling patuk antara ayam.
D. Perbedaan Kualiats Pellet Baik Dan Buruk
Menurut Anonim (2007), menyatakan bahwa pellet yang berkualiats baik dipengaruhi oleh bahan –bahan yang digunakan dalam penyusunan ransum. Pellet yang baik memmiliki warna yang alami, seperti warna yang dihasilkan oleh jagung, dan warna dari tanaman hijauan (kunyit, temulawak). Penyimpana pellet yang baik tidak akan menimbulkan jamur atau bakteri yang lain. Untuk aroma dan rasa disesuaikan dengan bahan yang digunakan, dimana bahan tersebut disukai oleh hewan ternak. Bentuk dan tekstur pellet yang baik terdiri dari 3 bagian antara lain:
1. Hardnnes (Tingkat Kekersan)
Pellet yang baik memiliki tingkat kekersan yang sedang, tidak boleh terlalu keras atau terlalu lunak.
2. Durabilitas (Kemampuan)
Pellet yang baik dapat mempertahankan bentuknya dari penanganan atau pada saat pengiriman. Pellet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak – retak, dan tidak berdebu.
3. Appearance (Penampilan)
Pellet yang baik mempunyai ukuran yang agak panjang dan seragam, bentuknampak baik dan kompak serat tidak ditumbuhi jamur.
Sedangak pellet yang kurang baik memiliki warna coklat, dimana warna tersebut dapat menurunkan kualitas pellet tersebut, bentuk atau teksturnya mudah pecah dan untuk tingkat kekerasannya sangat keras yang dapat mengganggu proses metabolisme pencernaan pada unggas, terdapat jamur yang dapat menimbulkan hewan ternak keracunan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembuatan pakan berbentuk pellet memerlukan bahan baku pakan, dimana bahan baku tersebut sudah memenuhi kebutuhan nutrisi ternak (unggas) dan diantara bahan baku pakan yang digunakan terdapat bahan baku pakan yang berfungsi untuk perekat pellet tersebut (tepung sagu). Dalam pembuatan pellet ada 3 proses yaitu proses pencetakan, pendinginan, pengeringan. Pellet yang sudah jadi dapat disimpang lama, dan pakan berbentuk pellet dapat diberikan pada ternak unggas serta pada ikan.
B. Saran
Untuk mendapatkan pellet yang baik, sebaiknya bahan baku pakan yang digunakan berasal dari beberapa bahan baku pakan yang berkualiatas dan mengandung banyak zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan berproduksi hewan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007). Pembuatan Pakan Berbentuk Pellet. http://primamandiri.blogspot.com/2007/12/pembuatan-pakan-bentuk-pellet.html
Diakses tanggal 23 Januari 2009.
Amrullah, I.K. (2004). Nutrisi Ayam Broiler. Cet III. Bogor: Lembaga Satu Gunungbudi.
Ichwan, W.M. (2003). Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cet I. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Rasyaf, M. (2004). Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sarmono, B. (2007). Beternak Ayam Buras. Jakarta: Penebar Swadaya.