WELCOME

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Saya

Minggu, 03 Juni 2012


PENGARUH PENGGUNAAN TELUR AYAM TERHADAP SIFAT FISIK KIMIAWI DAN MUTU ORGANOLEPTIK MAYONAISE

Oleh :
1.    Pramadya Jodi Aditiano                 (105050101111032)
2.    Ditha Novi Anggraini                     (105050101111034)
3.   Vicky Difangga Pratama                (105050101111035)
4.    Rimayanti Izura Purba                   (105050101111038)
5.    Eka Adha Putra Dewa                    (105050101111044)
6.    Rizqie Dwi Susanti                         (105050101111048)


Kelompok   : Mayonaise – 2



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Telur merupakan bahan makanan yang cukup populer karena nilai gizinya yang tinggi serta harganya yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan harga daging atau sumber protein hewani lainnya, sehingga memungkinkan telur untuk dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Telur dapat dijadikan bahan makanan seperti lauk, sebagai bahan campuran berbagai produk makanan seperti mayonaise.
Telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna, dan mutu cerna telur paling baik diantara bahan-bahan makanan lainnya. Semua bernilai 100% dibandingkan dengan daging mutu proteinnya hanya 81%, nilai cerna 100% dan mutu cernanya 81%. Ini berarti telur lebih baik mutunya dari pada daging. Protein telur sangat mudah untuk dicerna, diserap, dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Selain itu telur khususnya kuning telur banyak mengandung vitamin A, D, E, dan K. Juga merupakan sumber mineral yang baik terutama zat besi.
Salah satu produk olahan telur adalah mayonnaise. Mayonnaise adalah salah satu jenis saus yang dibuat dari bahan utama minyak nabati, kuning telur dan cuka. Mayonnaise umumnya digunakan sebagai perasa pada makanan seperti selada atau sandwich. Mayonnaise ada yang hanya menggunakan kuning telur saja atau menggunakan sari buah lemon atau mustard sebagai perasa.
Mayonaise merupakan emulsi minyak nabati dalam jeruk lemon yang distabilkan oleh lesitin (semacam lemak) dari kuning telur rasa minyak nabati pada mayonnaise tidak terasa meskipun sebagian besar mayonnaise terbuat dari minyak nabati. Hal itu dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh mikromolekul dari jus lemon.Prinsipnya bukan mengemulsikan sejumlah jus lemon ke dalam minyak yang banyak melainkan mengemulsikan sejumlah besar minyak dalam sebagian kecil jus lemon.
Oleh karena itu minyak dimasukkan sedikit demi sedikit sampai seluruhnya terbentuk emulsi. Jika ingin menambahkan bahan lain sebagai perasa masukkan dalam bentuk bubuk jangan cairan. Cairan menurunkan volume mayonnaise mayonnaise akan mengempis. Banyak orang melakukan kesalahan ini yaitu menambahkan kocokan putih telur di akhir proses. Hal ini akan mengakibatkanmayonnaise mengempis. Jika telah selesai menambahkan bahan-bahan bubuk diamkan mayonnaise agar terbentuk emulsi sempurna.
Rahasia membuat mayonaise terletak pada pemisahan bahan penyusunnya menjadi emulsi. Perbandingan yang tepat bahan-bahan penyusunnya akan mempengaruhi hasil. Berapapun banyaknya telur dan jus lemon yang dikocok keduanya akan memisah. Untuk mengikatnya diperlukan lesitin dari kuning telur sebagai penstabil. Kuning telur berfungsi melarutkan seperti deterjen yang melarutkan minyak dan jus lemon.

1.2     Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penggunaan telur ayam dengan jumlah yang berbeda dalam pembuatan mayonnaise terhadap kadar air, viskositas, tingkat keasaman atau pH, serta tingkat kesukaan konsumen, dilihat dari warna, rasa dan bau mayonnaise?

1.3     Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan telur ayam dalam pembuatan mayonnaise ditinjau dari kualitas fisik, kimia, dan organoleptik.

1.4     Manfaat Penulisan
Untuk menginformasikan pengaruh yang ditimbulkan terhadap kadar air, viskositas, tingkat keasaman atau pH, serta tingkat kesukaan konsumen, dilihat dari warna, rasa dan bau mayonnaise dalam penggunaan telur ayam  dalam jumlah yang berbeda pada saat pembuatan mayonnaise.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telur ayam
Telur merupakan bahan pangan yang padat gizi dan enak rasanya, mudah diolah serta harganya relatif murah jika dibandingkan dengan sumber proteinhewani lainnya. Bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa, telur merupakan makanan ideal dan sangat mudah didapatkan. Telur memiliki komposisi zat gizi yang lengkap, yang terkandung dalam putih maupun kuning telur. (Audina, 2011).
Protein telur terdapat baik pada putih maupun kuning telur. Telur juga merupakan bahan makanan sumber hewani yang relatif murah dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Secara umum, telur terdiri dari atas 3 kelompok pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11% dari berat total telur), putih telur (57% dari berat total telur) dan kuning telur (32% dari berat total telur).
Protein telur bernilai biologis tinggi karena merupakan sumber protein utama. Mutu protein ditentukan oleh komposisi asam aminonya. Komponen dan kandungan asam amino essensial yang terdapat dalam telur antara lain tryptophan 1,0 mg, isoleucine 3,7 mg, leucine 5,4 mg, lycine 5,4 mg, lysine 5,4 mg, meyhionin dan cystine 3,7 mg, phenylalanine 4,7 mg, theronin 3,1 mg dan valin 3,9 mg (Paundrianagari, 2011).
Telur ayam merupakan salah satu bahan utama dari pembuatan mayonnaise. Warna yang dihasilkan oleh mayonnaise juga dipengaruhi oleh kuning telur. Warna yang dihasilkan dalam pembuatan mayonnaise dari telur ayam dengan telur bebek berbeda. Telur bebek memiliki warna yang lebih cerah daripada telur ayam. Karena telur bebek memiliki kuning telur yang berwarna kuning tua, sedang telur ayam berwarna kuning.
Menurut Palma (2004), kuning telur ayam dianngap sebagai pengemulis yang sangat baik karena konsentrasi tinggi dari fosfolipid dan permukaan aktif protein. Pada kuning telur kepadatan lipoproteinnya rendah sehingga dianggap menjadi kontributor paling penting untuk sifat pengemulsi. Rendahnya kepadatan dari lipoprotein terdiri dari 74% lipid netral dan 26% fosfolipid.
 
2.2 Sifat Fungsional Telur
Menurut Mutiah (2002), sifat fungsional telur ada 5 bagian :
a)      Daya Koagulasi
Koagulasi pada telur ditandai dengan kelarutan atau berubahnya bentuk cairan (sol) menjadi padat (gel).  Perubahan struktur molekul ini dapat disebabkan oleh pengaruh panas, mekanik, asam, basa, garam, dan perekasi garam lain seperti urea.  Koagulasi karena pengaruh panas disebabkan pemanasan pada suhu 60-70 0C.  Sifat koagulasi ini dimiliki oleh putih dan kuning telur

b)      Daya Buih/Foaming
Buih adalah bentuk dispersi koloida gas dalam cairan.  Apabila putih telur dikocok maka gelembung udara akan terperangkap dalam albumen cair dan membentuk busa.  Semakin banyak udara yang terperangkap, busa yang terbentuk semakin kaku dan kehilangan sifat alirnya.  Kestabilan buih ditentukan oleh kandungan ovomusin (bagian dari komponen putih telur).

c)      Daya Emulsi/Emulsifying Properties
Emulsi adalah campuran antara dua jenis cairan yang secara normal tidak dapat bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase pendispersi.  Kuning telur juga merupakan emulsi minyak dalam air.  Kuning telur mengandung minyak yang bersifat surface active yaitu lesitin, kolesterol dan lesitoprotein.  Lesitin mendukung terbentuknya emulsi minyak dalam dalam air, sedangkan kolesterol cenderung untuk membentuk emulsi air dalam minyak.

d)     Kontrol Kristalisasi
Penambahan albumen ke dalam larutan gula dapat mencegah terbentuknya gula (kristal).  Keberadaan albumen tersebut mencegah penguapan, sehingga mencegah inversi sukrosa berlebihan.  Sifat telur yang demikian, dapat dimanfaatkan dalam pembuatan gula-gula.  Penambahan telur ini memberiakan rasa di mulut manis, halus serta selalu basah.

e)      Pewarna
Sifat ini hanya dimiliki oleh kuning telur.  Pigmen kuning pada telur adalah xantofil, lutein, beta karoten dan kriptoxantin.  Sifat ini banyak dimanfaatkan pada industri pembuatan es krim, custard dan saus.

2.3 Mayonaise
2.3.1    Komposisi Mayonaise
1.      Kuning telur
Telur merupakan sumber protein hewani yang mempunyai nilai zat gizi tinggi, karena didalamnya mengandung protein, lemak, karbohirat, dan air. Dalam ilmu gizi telur dijadikan patokan untuk membandingkan nilai gizi bahan makanan lainnya (Bambang, 2000).
Protein telur sangat mudah untuk dicerna, disrap, dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Selain itu telur khususnya kuning telur banyak mengandung vitamin A, D, E, K juga merupakan sumber mineral yang baik terutama zat besi (Paundrianagari, 2011).
            Untuk membuat mayonnaise telur khusus kuning telur merupakan bahan utama didalamnya. Hal ini dikarenakan telur berfungsi untuk member kekentalan pada mayonnaise.

2.      Minyak
           
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama (Lawson, 1998).
Minyak merupakan salah satu bahan paling penting dalam pembuatan mayonnaise. Pada pembuatan mayonnaise minyak yang digunakan adalah minyak nabati seperti minyak kedelai/soya dan minyak jagung (Wenfuu, 2011).

3.      Cuka

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Dalam pembuatan mayonnaise, cuka berperan sebagai pemberi rasa asam pada mayonnaise. Peranan cuka yang memberikan rasa asam pada mayonnaise disebut acidifier (Mutiah, 2002).

4.      Garam
Garam atau NaCl dalam pembuatan mayonnaise berfungsi sebagai pemberi rasa keasinan pada mayonnaise. Selain itu, garam juga berfungsi untuk memperkuat emulsi antara minyak dan air dalam campuran mayonnaise. Penambahan garam 0,5 -1,7 persen dapat meningkatkan stabilitas suatu sistem emulsi. Peningkatan viskositas dari kuning telur dengan penambahan garam memberikan efek terhadap stabilitas sistem emulsi (Maria, 2007).

5.      Gula
 
Dalam pembuatan mayonnaise, gula berfungsi untuk memberi rasa yang khas pada mayonnaise. Gula dan garam akan bercampur dalam campuran mayonnaise memberikan rasa yang khas pada mayonnaise (Palma, 2004).

6.      Lada Putih           
 
Lada atau merica (Piper nigrum) merupakan bumbu dapur yang popular. Kuliner Asia, Eropa hingga Timur Tengah selalu menggunakan lada sebagai pemberi rasa. Sebagai bumbu dapur, peranan lada memang sangat penting. Citarasa pedas dan aroma yang khas terbentuk dengan menambahkan bumbu ini (Audina, 2011).
Lada putih dibuat dari merica tua yang dikeringkan dan dikupas kulitnya. Lada putih ini paling banyak digunakan sebagai bumbu dapur, cita rasa pedas dan aroma khas bisa diperoleh dengan menambahkan lada jenis ini. Lada putih ini dapat dijual dalam bentuk utuh dan dihaluskan. Pada umumnya untuk memperoleh aroma yang lebih tajam lada putih ini disangarai terlebih dahulu sebelum dipergunakan (Bachir, 2006).

7.      Mustard    

Mustard adalah salah satu  rempah-rempah yang berasal dari biji tanaman sesawi (beberapa jenis Brassica dan Sinapis) yang dihaluskan, sebelum diencerkan dengan air dan ditambah bahan-bahan lain. Rempah ini memiliki rasa sedikit pedas dan sedikit menyengat di lidah dan langit-langit mulut. Mustard telah lama menjadi penyedap dalam khazanah boga Eropa.  Mustard ditambahkan sewaktu membuat beberapa jenis saus seperti mayonnaise (Wenfuu, 2001).

8.      Air
Air adalah suatu komponen penting dalam pembuatan mayonnaise, karena air ini dapat menjembatani penggabungan dua komponen minyak dan kuning telur. Kuning telur merupakan emulsifier yang sangat kuat (terdapat sejenis bahan yang memiliki tingkat kesukaan terhadap air dan minyak sekaligus). Satu ujung molekul tersebut suka air dan ujung yang lainnya suka minyak. Oleh karenanya bahan itu dapat dijadikan jembatan untuk mencampurkan antara bahan lemak dan bahan air. Sifat seperti itu sangat dibutuhkan dalam pengolahan berbagai jenis makanan, seperti dalam pembuatan biskuit, cake, kue, mayonaise, dan sebagainya. (Paundrianagari. 2010).

2.3.2    Proses pembuatan mayonnaise
Ada berbagai macam cara pembuatan mayones. Mayones biasanya dibuat dari campuran minyak, kuning telur, cuka, garam dapur dan mustard. Alat pengocok mayones bisa berupa handmixer, food processor, blender, atau dikocok secara manual dengan memakai pengocok telur atau garpu.
Mayones juga bisa dibuat dari putih telur saja jika dikocok dengan kecepatan tinggi menggunakan food processor. Tekstur dan rasa mayones yang dihasilkan juga mirip dengan mayones dari kuning telur. Pada resep tradisional Perancis, minyak zaitun atau minyak safflower sebagai bahan utama pembuat mayones.
Mayonaise atau kadang kita menyingkatnya dengan sebutan mayo, sebenarnya mudah membuatnya, asalkan kita sabar. Membuat mayo memang tidak bisa terburu-buru. Jika tidak, teksturnya jelek, adonan terpisah, tidak blended. Ada beberapa variasi resep mayonnaise (Gatot, 2003).

2.4 Kualitas Fisik (viskositas)
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s).
Konsistensi dari fase dispersi dalam fase cair dalam jumlah lebih sedikit akan menurunkan viskositas mayonnaise, viskositas mayones dapat terjadi karena jumlah partikel lemak yang terdispersi dalam fase cair lebih besar dari jumlah fase cair.semakin tinggi fsae terdispersi makin tinggi viskositas emulsi (Mc Nulty, 2007).
 
2.5    Kualitas kimia (kadar air dan pH)
1.     Kadar pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolute (Bambang, 2000).
Meningkatkan keasaman makanan, baik melalui fermentasi atau penambahan asam lemah, telah digunakan sebagai metode pelestarian sejak zaman kuno. Dalam keadaan alami mereka, makanan yang paling seperti daging, ikan, dan sayur-sayuran, sementara buah-buahan sedikit asam sebagian besar cukup asam. Sebuah beberapa makanan seperti telur putih yang alkalin. P1      H adalah fungsi dari konsentrasi ion hidrogen dalam makanan: pH = - log 10 [H+] (Paundrianagari, 2011).
Mayonaise biasanya sudah bersifat asam (pH dibawah 4, Salmonella hidup pada pH 4-9). Pada Mayonaise ditambahkan asam asetat sebagai cuka. Asam asetat pada mayonaise akan membunuh Salmonella (Wenfuu, 2011).

2.     Kadar Air
Mikroorganisme membutuhkan air dalam bentuk yang tersedia untuk tumbuh dalam produk makanan. Kontrol kadar air dalam makanan adalah salah satu strategi tertua pelestarian dieksploitasi. Mikrobiologi makanan umumnya menggambarkan kebutuhan air mikroorganisme dalam hal aktivitas air (aw) dari makanan atau lingkungan (Maria, 2007).
Air merupakan kandungan penting dalam banyak bahan (termasuk bahan herbal) dan jumlahnya berbeda-beda. Banyaknya air dalam suatu bahan tidak dapat ditentukan dari keadaan fisik bahan tersebut. Fungsi air adalah (Bachir, 2006) : air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa, air dalam bahan menentukan kesegaran dan daya tahan. Pembusukan atau tumbuhnya jamur oleh mikroba ditentukan oleh air yang terdapat dalam bahan, air menentukan komposisi yang menentukan kualitas bahan tersebut.

2.5     Sifat Organoleptik
Sifat mutu organoleptik adalah sifat mutu produk yang hanya dapat diukur atau dinilai dengan uji atau penilaian organoleptik. Sifat organoleptik merupakan hasil reakri fisiopsikologis berupa tanggapan atau kesan pribadi seorang panelis atau penguji mutu. Penilaian sifat mutu organoleptik pada pembuatan mayonnaise meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur (Mutiah, 2002).

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1     Waktu dan Tempat
Pelaksanaan penelitian serta pengamatan dilaksanakan di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Pembuatan mayonnaise dilaksanakan tanggal 2 April 2012.

3.2     Materi Praktikum
Materi yang dilakukan adalah pembuatan mayonnaise dengan menggunakan 4 kuning telur ayam, pengukuran kadar air produk, pengukuran dengan pH meter, pengukuran viskositas dan uji organoleptik dengan metode scala scoring.

3.2.1 Alat dan bahan :
Alat :                                                               Bahan  :
-          Mixer                                                               -  Kuning telur ayam
-          Sendok                                                            -  Mustard
-          Baskom                                                           -  Minyak
-          Kain lap                                                           -  Gula
-          Tisu                                                                 -  Garam         
-          Thermometer                                                   -  Cuka
-          Panci                                                               -  Lada putih
-          Botol gelas dan tutup                                      -  Air
 
3.4     Prosedur Analisis Kadar Air, Viskositas dan pH
-          Kadar Air
Pelaksanaan analisa kadar air yang dilakukan yaitu dengan mengukur berat cawan ditambah berat sampel, dikurangi berat setelah dioven, dibagi dengan berat sampel dikalikan 100%. Atau dapat dituliskan dengan rumus :
           

-          Analisa Viskositas
Pada analisa pengukuran viskositas mayones menggunakan alat yaitu viscometer merk brook field.

-         Analisa pH
Pengukuran pH mayonnaise menggunakan alat yaitu pH meter. Uji pH ini dilakukan pada mayonnaise dengan perlakuan yang berbeda. Hasil pH yang ada kemudian dibandingakan apakah ada perbedaan yang nyata atau tidak.

3.5     Pengujian Organoleptik
Uji organoleptik atau uji hedonic adalah pengujian yang menggunakan panca indera panelis. Hasil yang didapatkan dari uji organoleptik bersifat subjektif artinya terdapat perbedaan antara individu. Aspek yang diperhatikan dalam pengujian organoleptik adalah warna, bau, rasa, dan tekstur dari mayonnaise.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Kadar Air
Data hasil pengamatan dari pembuatan mayonnaise dengan menggunakan 4 telur ayam dengan waktu 5 menit kadar airnya yaitu 32,064 % dan kemudian diuji lagi kadar airnya 32,087%. Sedangkan pada pembuatan mayonnaise kedua dengan waktu pemixeran selama 1 menit kadar airnya 54,957%. Pengujian mayonnaise pertama berbeda jauh dengna mayonnaise kedua.
Menurut Mutiah (2002), komposisi air pada kuning telur ayam sanagt berpengaruh terhadap kandungan air dari produk mayonnaise. Oleh karena itu air memegang peranan penting bagi suatu produk emulsi yaitu dalam keseimbangan terhadap proporsi minyak dan protein maka kadar air menjadi salah satu syarat mutu mayonnaise. Berdasarkan SNI kadar air maksimal adalah 30%.
Dari hasil praktikum pembuatan mayonnaise maka kadar air yang dihasilkan oleh mayonnaise pertama dan kedua sudah melebihi kadar air maksimal. Pada kadar air mayonnaise kedua sangat jauh berbeda dengan kadar air yang ditetapkan oleh SNI. Hal ini dapat disebabkan karena telur yang digunakan sudah lama disimpan sehingga kadar air dalam telur menjadi lebih banyak. Lama pemixeran juga mempengaruhi kadar air pada mayonnaise. Karena semakin lama pemixeran maka kadar airnya semakin sedikit karena mayonnaisenya akan semakin mengental.
Telur yang sudah lama disimpan serta pemixeran yang membutuhkan waktu cepat ditambah lagi dengan penambahan air maa kadar air didalam mayonnaise tersebut semakin besar. Sehingga tidak memenuhi syarat dalam SNI.

4.2  Viskositas
Menurut Ginting (2007), viskositas yang sesuai untuk mayonnaise adalah diatas 4000 centipoice pada suhu 18 0C. Sedangkan hasil dari praktikum, mayonnaise pertama nilai viskositasnya 3232 centipoise pada suhu 18,10C dan mayaonaise kedua nilai viskositasnya jauh lebih rendah yaitu 1188 centipoise pada suhu 21,0 0C. Hasil yang dipraktikum masih tergolong rendah dibandingkan dengan yang diliteratur.
Viskositas akan meningkat apabila suhu penyimpanan menurun. Hal ini disebabkan Hal ini bisa disebabkan dengan flokulasi sangat cepat dan/ atau koelensesi tetesan kecil terjadi dengan suhu penyimpanan meningkat. Protein dan iteraksi gusi mempengaruhi stabilitas dan viskositas mayonnaise dengan membentuk pelindung penghalang sterik disekitar tetesan minyak (Ghous et al, 2008).
Rendahnya viskositas yang dihasilkan pada saat praktikum dipengaruhi oleh kuning telur yang digunakan dalam pembuatan mayonnaise. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan viskositas rendah. Selain itu waktu pemixeran juga menyebabkan viskositas rendah, apabila pemixerannya dalam waktu yang lama maka akan semakin kental sehingga viskositasnya semakin tinggi. Sedangkan sebaliknya apabila waktu pemixerannya hanya sebentar maka viskositasnya rendah. Hal ini dapat kita lihat dari pem,buatan mayonnaise pertama dan kedua. Mayonnaise pertama nilai viskositasnya lebih tinggi daripada mayonnaise kedua, hal tersebut karena waktu pemixeran mayonnaise pertama lebih lama daripada mayonnaise kedua.

4.3  pH
Menurut Su et al (2010), mayonnaise merupakan produk emulsifikasi pH rendah. pH sendiri merupakan suatu zat/senyawa yang dipengaruhi oleh sifat dari zat/senyawa tersebut.
Data hasil pengamatan dari pembuatan mayonnaise dengan menggunakan 4 telur ayam dengan waktu 5 menit pH-nya yaitu 4,9. Sedangkan pada pembuatan mayonnaise kedua dengan waktu pemixeran selama 1 menit pH-nya 4,2. Pengujian mayonnaise pertama berbeda cukup jauh dengan mayonnaise kedua.
Menurut Bambang (2011), pH saus selada berkisar antara 3,0 sampai 4,0 yang terutama disebabkan oleh penambahan asam asetat sebesar 0,5 sampai 1,2%. Mayones termasuk salah satu produk pangan yang berasam tinggi.
Dari hasil praktikum pembuatan mayonnaise maka pH yang dihasilkan oleh mayonnaise pertama melebihi pH maksmal,sedangkan untuk mayonnaise kedua masih dalam batas pH normal.Hal ini dapat disebabkan karena telur yang digunakan sudah lama disimpan atau juga dapat disebabkan karena pengaruh dari penambahan kuning telur ayam, cuka dan minyak soya dengan komposisi yang sedikit berbeda.
Menurut Worrasinchai (2006) nilai pH mayones antara 3,5-4,2. Hal ini berarti nilai pH mayonaise yang dibuat dari telur yang disimpan selama 1 hari tanpa pengawetan tidak dapat memenuhi standart tetapi nilainya mendekati standart.
Salad seafood telah diidentifikasi sebagai makanan siap-untuk-makan dengan kejadian yang relatif tinggi kontaminasi oleh Listeria monocytogenes. Namun, sedikit yang diketahui tentang perilaku pathogen ini dalam seafood salad pengaruhnya terhadap pH produk dan suhu penyimpanan. Untuk menghasilkan data terhadap pengembangan model pertumbuhan prediktif, koktail 6-strain L. monocytogenes diinokulasi ke permukaan produk udang-daging kepiting, dicampur dengan mayones yang sebelumnya disesuaikan dengan NaOH sampai pH 3,7; 4.0;  4,4;  4,7 atau 5,1, dan kemudian disimpan pada suhu 4 0C, 8 0C atau 12 0C di bawah kedua kondisi aerobik dan anaerobik.
Pada setiap suhu penyimpanan, L. monocytogenes mampu tumbuh di bawah kondisi seafood salad baik aerobik dan anaerobik. Pertumbuhan paling lambat L. monocytogenes diamati pada seafood salad mayones dengan pH sebesar 3,7 dan suhu penyimpanan 4 ° C dalam kondisi vakum. Dalam salad dengan mayones pH yang sama, laju pertumbuhan (GR, log10 cfu / h) dari L. monocytogenes meningkat sebagai akibat dari suhu penyimpanan.
Pada suhu penyimpanan yang sama, fase lag durasi (LPD, h) L. monocytogenes menurun sedangkan pH mayones meningkat. Pada pH dan suhu yang sama mayones, LPD dari L. monocytogenes lebih besar di bawah aerobik daripada di bawah kondisi anaerobik. Analisis regresi menunjukkan bahwa pH mayones adalah efektor utama pada LPD monocytogenes L. dalam salad seafood, dan suhu penyimpanan adalah efektor utama pada GR. Model sekunder yang menggambarkan LPD dan GR L. monocytogenes dalam salad seafood sebagai fungsi dari pH mayones dan suhu penyimpanan yang diproduksi (Oin Su-Hou, 2010).
4.4  Organoleptik mayonaise (rasa)
Hasil analisis statistika menggunakan rancangangan acak kelompok (RAK) pada (P = 0,01) terhadap tekstur mayonaise (lampiran) menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa rasa semua mayonaise hampir sama. Bila dilihat dari rataan hasil analisis statistika, mayonaise M1.2 dan M5.1 (3,26) cenderung lebih disukai oleh panelis karena memiliki nilai rataan tertinggi meskipun hanya berbeda tipis dengan yang lain yaitu M1.1 (2,93), M2.1 (3,13), M2.2 (3,16), M3.1 (2,73), M3. 2 (2,96), M4.1 (3,16), M4.2 (3,16) dan M5.2 (3,16).
Mayonaise disukai oleh konsumen karena rasanya yang khas. Pada mayonnaise terdapat rasa asam yang dikarenakan oleh penambahan cuka, rasa manis yang dihasilkan oleh gula, asin yang terdapat pada garam, memiliki rasa sedikit pedas dan sedikit menyengat di lidah dan langit-langit mulut akibat adanya mustard dalam mayonnaise tersebut (Bambang, 2000).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1)      Berdasarkan uji kadar air yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mayonnaise 2.1 dan mayonnaise 2.2 diatas 30%. Hal ini tidak sesuai dengan SNI.
2)      Viskositas mayonnaise 2.1 lebih tinggi dibandingkan mayonnaise 2.2 dikarenakan oleh globula lemak pada mayonnaise 2.2 lebih homogeny.
3)      pH mayonnaise 2.2 lebih rendah dibandingkan pH mayonnaise 2.1 dikarenakan penambahan komposisi cuka.
4)      Mayonaise M1.2 dan M5.1 (3,26) cenderung lebih disukai oleh panelis karena memiliki nilai rataan tertinggi

5.2 Saran
            Dalam pembuatan mayonnaise haru diperhatikan cara pengadukan yang baik sebab hal tersebut sangat berpengaruh keberhasilan pembentukan mayonnaise. Proses pengadukan diakhiri jika campuran sudah homogeny yang ditandai dengan terbnetuknya emulsi yang kompak, kental, dan halus.

DAFTAR PUSTAKA

Audina. 20011. Perbandingan Mutu Mayones Telur Ayam dan Mayones Telur Itik. Institut     Pertanian Bogor. Bogor.

Bachir, Mahfouz Al dan Ruba Zenou. 2006. Effect of Gamma Irradiation on Some
Characteristic of Shell Eggs and Mayonnaise Prepared from Irradiated Eggs. Journal of Food Safety 26 (2006). Radiation Technology. Department Syrian Atomic Energy Commision, Damascus : Syria. p: 348-360. http:// www..gaia-health.com/article351/ Diakses tanggal 30 April 2012.

McNulty, Maria. 2007. Quality Control of  ayonnaise.http://www.madehow.com/
Diakses tanggal 30 April 2012.

Mutiah. 2002. Perbandingan Mutu Mayones Telur Ayam dan Mayones Telur Itik. Institut Pertanian Bogor.
Palma A.,dkk. 2004. Effector Edible Oils On Quality and Shelf Life of Low-fat Mayonnaise. Pakistan Journal of Nutrition 3 (6): 340-343.

Pin Su-Hou, et.al. 2010. Development of Low-fat Mayonnaise Containing Polysaccaride Gums As Functional Ingredients. Wiley Intersciences. Hal: 1-3.

Riyanto, Bambang. 2000. Mempelajari Perubahan Kestabilan Asam Lemak Omega-3 DalamMayonaise Sari Minyak Ikan Hasil Samping Pengalengan Lemuru Selama Penyimpanan. Vol. 5 No.1 . Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB: Bogor.

Paundrianagari. 2011. Peranan Lemak dalam Mayonnaise. http ://paundrianagarimagisterilmugiziundip.com. Diakses tanggal 30 April 2012.

Lawson, Hari. 1998. Food Oils and Fats. Technology Utilization and Nutrition. Chapman and Hall. New York

Wenfuu. 2011. Bahan Tambahan Makanan Antioksidan dan Sekuestran. Universitas Hassanudin Makassar