PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF
TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE KULIT PISANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Terstruktur Matakuliah
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengolahan
Bahan Pakan
Oleh :
DITHA
NOVI ANGGRAINI (105050101111034)
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kulit pisang merupakan limbah dari industri pengolahan
pisang. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup
banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas
(Munadjim, 2000). Selain menjadi limbah industri pengolahan pisang, kulit
pisang juga merupakan limbah rumah tangga yang jika dibuang sembarangan akan
mengakibatkan orang lain terpeleset dan mengotori lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, perlu adanya pengolahan kulit pisang menjadi sesuatu yang
bermanfaat.
Limbah kulit pisang ini dapat dimanfaatkan untuk cuka kulit
pisang, nata de banana, wine (anggur), dan pakan ternak. Dilihat dari
komposisinya, kulit pisang memiliki kandungan vitamin A sangat tinggi, terutama
provitamin A, yaitu beta-karoten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering.
Beta-karoten berperan sebagai antioksidan (Elvien, 2010). Selain itu, kulit
pisang juga mengandung karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen
sebesar 66,20 % (Heruwatno, 1993), sehingga dapat digunakan untuk mengganti
sebagian jagung atau dedak dalam ransum.
Kandungan nutrisi kulit pisang sangat berpotensi sekali
sebagai sumber karbohidrat yang baik untuk semua fase kehidupan ternak.
Kandungan karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 %
(Heruwatno, 2000) dan masih mengandung selulosa dan hemiselulosa sebesar 40 %
dari total serat kasar yang dikandungnya (Parakkasi, 2000) dengan kandungan
serat kasar kulit pisang sebesar 13 % (Gohl, 2001). Van Soest (2002) bahwa selulosa
dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tanaman yang masih dapat
dimanfaatkan oleh ternak ruminansia
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana cara
mengolah kulit pisang sebagai pakan ternak?
1.2.2
Bagaimana
perbedaan kandungan gizi kulit pisang sebelum difermentasi dengan setelah
difermentasi?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Menjelaskan cara
mengolah kulit pisang sebagai pakan ternak.
1.3.2
Mengetahui
perbedaan kandungan gizi kulit pisang sebelum difermentasi dengan setelah
difermentasi.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Memberkan
informasi mengenai teknologi pengolahan kulit pisang menjadi pakan ternak.
1.4.2 Dapat
menjadi masukan baru unutk membuka peluang usaha baru atau home industry sehingga dapat mengurangi pengangguran dan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat.
1.4.3 Memberi
inovasi dalam mengolah kulit pisang menjadi produk baru yang memiliki banyak
manfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pisang (Musa
acuminata)
Klasifikasi
Ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Liliopsida (Monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo :
Zingiberales
Famili : Musaceae (suku pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminate
Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah,
maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses
menjadi tepung, kripik, bir dan cuka. Daun pisang digunakan untuk menggosok
lantai dan pembungkus berbagai makanan. Bagian-bagian vegetatif beserta
buah-buah yang tidak termanfatkan digunakan sebagai pakan ternak.
Pertumbuhan pisang sangat cepat dan terus menerus,
hal ini menyebabkan produksi yang tinggi. Pisang memerlukan tempat tumbuh iklim
tropik yang hangat dan lembab. Walaupun begitu, pisang ini sangat unik sehingga
orang tertarik untuk membudidayakannya. Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan.
Disentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 °C
dengan jangka waktu yang cukup lama, suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah
sekitar 27 °C dan suhu maksimumnya 38 °C.
Unsur
|
Jumlah
|
Energi (kJ)
|
371
|
Karbohidrat (g)
|
22,84
|
Lemak (g)
|
0,33
|
Protein (g)
|
1,09
|
Thiamine (Vit. B1) (%)
|
2
|
Riboflavin (Vit. B2) (%)
|
5
|
Vitamin C (%)
|
15
|
Kalsium (mg/100gr)
|
5
|
Besi (mg/100gr)
|
0,26
|
Magnesium (mg/100gr)
|
27
|
Fosfor (mg/100gr)
|
22
|
Kalium (mg/100gr)
|
358
|
Sumber : USDA Nutrient database
Tabel 1.
Kandungan Gizi Pisang
2.2 Kulit Pisang
Kulit pisang merupakan limbah dari industri pengolahan
pisang. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup
banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas
(Munadjim, 2000). Selain menjadi limbah industri pengolahan pisang, kulit
pisang juga merupakan limbah rumah tangga yang jika dibuang sembarangan akan
mengakibatkan orang lain terpeleset dan mengotori lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, perlu adanya pengolahan kulit pisang menjadi sesuatu yang
bermanfaat.
Kulit
pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang
cukup (Sulffahri, 2008). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit
pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%.
Karbohidrat adalah suatu zat gizi yang berfungsi sebagai asupan energi utama,
dimana tiap gramnya menghasilkan 4 kalori (17 kilo joule) energi pangan per
gram. Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen
dan oksigen.
Unsur
|
Jumlah
|
Air (%)
|
68,90
|
Karbohidrat (%)
|
18,50
|
Lemak (%)
|
2,11
|
Protein (%)
|
0,32
|
Kalsium
(mg/100 gr)
|
715
|
Fosfor (mg/100
gr)
|
117
|
Besi (mg/100
gr)
|
166
|
Vitamin B
(mg/100 gr)
|
0,12
|
Vitamin C
(mg/100 gr)
|
17,5
|
Sumber : Sinta, 2009
Tabel 2.
Kandungan Gizi Kulit Pisang
2.3 Silase dan Tetes
Silase merupakan hasil penyimpanan dan fermentasi
hijauan segar dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri asam laktat. Komposisi
gizi dalam silase akan mengalami perubahan yaitu karbohidrat akan berkurang, namun
kadar protein kasar silase yang baik tidak akan mengalami banyak perubahan (Lubis,
1982).
Penambahan karbohidrat tersedia seperti tetes
dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber
energi yang cepat tersedia bagi bakteri.
Tetes adalah larutan kental yang mengandung gula dan
mineral, merupakan hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula yang
umumnya berwarna coklat kemerah-merahan dan mengkristal. Komposisi gizi tetes
dalam 100 % bahan kering menurut Sutardi (1981) adalah 0,3 % lemak kasar, 0,4 %
serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein kasar dan 11% abu.
Parameter TO T1 T2 T3
Protein Kasar (%) 2,43 4,42 4,69 4,52
Serat Kasar (%) 28,4 27,8 27,6 28,2
Tabel 3.
Kualitas Nutrisi Silase
Kulit PIsang
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Kulit Pisang sebagai Pakan Ternak
A. Cara pengolahan
limbah pisang yang mudah busuk
1)
Limbah kulit
pisang dikumpulkan pada tempat khusus yang terbuka dan terlindung dari sinar
matahari langsung dan air hujan.
2)
Semprotkan
secara merata probiotik tumbuh cair dengan dosis 50 cc probiotik dicampur 1000 cc
air bersih untuk 100 kg, bahan baku limbah kulit pisang.
3)
Diamkan selama 4
hari untuk proses fermentasi sambil di bolak-balik.
4)
Keringkan pada
suhu tempemtur 60 °C selama 24-30 jam.
5)
Selanjutnya
limbah kulit pisang yang telah kering digiling hingga halus.
B. Cara pengolahan
limbah yang sulit busuk
1)
Tangkai pisang
dan daun dipotong dengan ketebalan 1-2 cm.
2)
Bahan yang telah
dirajang ditempatkan pada tempat khusus yang terbuka dan terlindung dari sinar
matahari dan hujan.
3)
Semprotkan
larutan probiotik dengan dan gula dengan dosis 1 liter/100 kg bahan baku
limbah.
4)
Diamkan selama 7
hari untuk proses fermentasi.
5)
Keringkan
padatemperatur 60°C selama 24-30 jam.
6)
Setelah kering
digiling hingga halus.
3.2 Perbedaan Kandungan Gizi kulit pisang sebelum
dengan setelah difermentasi
Unsur
|
Jumlah
|
Air (%)
|
68,90
|
Karbohidrat (%)
|
18,50
|
Lemak (%)
|
2,11
|
Protein (%)
|
0,32
|
Kalsium
(mg/100 gr)
|
715
|
Fosfor (mg/100
gr)
|
117
|
Besi (mg/100
gr)
|
166
|
Vitamin B
(mg/100 gr)
|
0,12
|
Vitamin C
(mg/100 gr)
|
17,5
|
Sumber : Sinta, 2009
Tabel 4.
Kandungan Gizi Kulit Pisang Sebelum Difermentasi
Unsur
|
Satuan
|
Jumlah
|
Protein Kasar
|
(%)
|
14,88
|
Serat Kasar
|
(%)
|
11,43
|
Lemak
|
(%)
|
7,0
|
Abu
|
(%)
|
23,86
|
Ca
|
(%)
|
0,86
|
P
|
(%)
|
0,41
|
Tabel 5.
Kandungan Gizi Kulit Pisang dengan Proses Fermentasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1)
Penambahan karbohidrat tersedia seperti
tetes dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan
sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri
2)
Kulit Pisang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak yang masih memiliki kandungan gizi yang baik melalui proses silase
dan penambahan tetes.
4.2 Saran
Adanya
penyuluhan kepada masyarakat dalam hal memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan
yang masih dapat digunakan sebagai pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Zahera,
Rika. 2011. Memanfaatkan Limbah Kulit
Pisang untuk Pakan Unggas. http://www.livestockreview.com/2011/05/memanfaatkan-limbah-kulit-pisang-untuk-pakan-unggas/.
28 Mei 2012.
Nurfa.
2010. Pisang Sebagai Bahan Pakan
Alternatif. http://ridanurfa.blogspot.com/2010/11/pisang-sebagai-bahan-pakan-alternatif.html.
28 November 2011. 28 Mei 2012.
Hernawati.
2000. Potensi Tepung Kulit Pisang sebagai
Pakan Ayam Broiler untuk Menghasilkan Daging yang Mengandung Kolesterol Rendah.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-HERNAWATI/FILE_19.pdf.
29 Mei 2012