WELCOME

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Saya

Rabu, 06 Juni 2012


PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengolahan Bahan Pakan

Oleh :

DITHA NOVI ANGGRAINI                      (105050101111034)





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kulit pisang merupakan limbah dari industri pengolahan pisang. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 2000). Selain menjadi limbah industri pengolahan pisang, kulit pisang juga merupakan limbah rumah tangga yang jika dibuang sembarangan akan mengakibatkan orang lain terpeleset dan mengotori lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan kulit pisang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Limbah kulit pisang ini dapat dimanfaatkan untuk cuka kulit pisang, nata de banana, wine (anggur), dan pakan ternak. Dilihat dari komposisinya, kulit pisang memiliki kandungan vitamin A sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu beta-karoten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering. Beta-karoten berperan sebagai antioksidan (Elvien, 2010). Selain itu, kulit pisang juga mengandung karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 % (Heruwatno, 1993), sehingga dapat digunakan untuk mengganti sebagian jagung atau dedak dalam ransum.
Kandungan nutrisi kulit pisang sangat berpotensi sekali sebagai sumber karbohidrat yang baik untuk semua fase kehidupan ternak. Kandungan karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 % (Heruwatno, 2000) dan masih mengandung selulosa dan hemiselulosa sebesar 40 % dari total serat kasar yang dikandungnya (Parakkasi, 2000) dengan kandungan serat kasar kulit pisang sebesar 13 % (Gohl, 2001). Van Soest (2002) bahwa selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tanaman yang masih dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Bagaimana cara mengolah kulit pisang sebagai pakan ternak?
1.2.2     Bagaimana perbedaan kandungan gizi kulit pisang sebelum difermentasi dengan setelah difermentasi?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1     Menjelaskan cara mengolah kulit pisang sebagai pakan ternak.
1.3.2     Mengetahui perbedaan kandungan gizi kulit pisang sebelum difermentasi dengan setelah difermentasi.

1.4  Manfaat Penulisan
1.4.1     Memberkan informasi mengenai teknologi pengolahan kulit pisang menjadi pakan ternak.
1.4.2     Dapat menjadi masukan baru unutk membuka peluang usaha baru atau home industry sehingga dapat mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
1.4.3     Memberi inovasi dalam mengolah kulit pisang menjadi produk baru yang memiliki banyak manfaat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang (Musa acuminata) 
Klasifikasi Ilmiah
            Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
            Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
            Super divisi     : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
            Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
            Kelas               : Liliopsida (Monokotil)
            Sub Kelas        : Commelinidae
            Ordo                : Zingiberales
            Famili              : Musaceae (suku pisang-pisangan)
            Genus              : Musa
            Spesies            : Musa acuminate

Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, bir dan cuka. Daun pisang digunakan untuk menggosok lantai dan pembungkus berbagai makanan. Bagian-bagian vegetatif beserta buah-buah yang tidak termanfatkan digunakan sebagai pakan ternak.
Pertumbuhan pisang sangat cepat dan terus menerus, hal ini menyebabkan produksi yang tinggi. Pisang memerlukan tempat tumbuh iklim tropik yang hangat dan lembab. Walaupun begitu, pisang ini sangat unik sehingga orang tertarik untuk membudidayakannya. Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Disentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 °C dengan jangka waktu yang cukup lama, suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27 °C dan suhu maksimumnya 38 °C.

Unsur
Jumlah
Energi (kJ)
371
Karbohidrat (g)
22,84
Lemak (g)
0,33
Protein (g)
1,09
Thiamine (Vit. B1)  (%)
2
Riboflavin (Vit. B2) (%)
5
Vitamin C (%)
15
Kalsium (mg/100gr)
5
Besi (mg/100gr)
0,26
Magnesium (mg/100gr)
27
Fosfor (mg/100gr)
22
Kalium (mg/100gr)
358
                        Sumber : USDA Nutrient database

Tabel 1.
Kandungan Gizi Pisang

2.2 Kulit Pisang
Kulit pisang merupakan limbah dari industri pengolahan pisang. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 2000). Selain menjadi limbah industri pengolahan pisang, kulit pisang juga merupakan limbah rumah tangga yang jika dibuang sembarangan akan mengakibatkan orang lain terpeleset dan mengotori lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan kulit pisang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup (Sulffahri, 2008). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%. Karbohidrat adalah suatu zat gizi yang berfungsi sebagai asupan energi utama, dimana tiap gramnya menghasilkan 4 kalori (17 kilo joule) energi pangan per gram. Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen.

Unsur
Jumlah
Air (%)
68,90
Karbohidrat (%)
18,50
Lemak (%)
2,11
Protein (%)
0,32
Kalsium (mg/100 gr)
715
Fosfor (mg/100 gr)
117
Besi (mg/100 gr)
166
Vitamin B (mg/100 gr)
0,12
Vitamin C (mg/100 gr)
17,5
            Sumber : Sinta, 2009

Tabel 2.
Kandungan Gizi Kulit Pisang 

2.3 Silase dan Tetes
Silase merupakan hasil penyimpanan dan fermentasi hijauan segar dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri asam laktat. Komposisi gizi dalam silase akan mengalami perubahan yaitu karbohidrat akan berkurang, namun kadar protein kasar silase yang baik tidak akan mengalami banyak perubahan (Lubis, 1982).
Penambahan karbohidrat tersedia seperti tetes dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri.
Tetes adalah larutan kental yang mengandung gula dan mineral, merupakan hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula yang umumnya berwarna coklat kemerah-merahan dan mengkristal. Komposisi gizi tetes dalam 100 % bahan kering menurut Sutardi (1981) adalah 0,3 % lemak kasar, 0,4 % serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein kasar dan 11% abu.


 

     Parameter                         TO                  T1                   T2                   T3
 

     Protein Kasar (%)               2,43                 4,42                 4,69                 4,52
     Serat Kasar (%)                  28,4                 27,8                 27,6                 28,2


 

Tabel 3.
Kualitas Nutrisi Silase Kulit PIsang
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Kulit Pisang sebagai Pakan Ternak
A. Cara pengolahan limbah pisang yang mudah busuk
1)      Limbah kulit pisang dikumpulkan pada tempat khusus yang terbuka dan terlindung dari sinar matahari langsung dan air hujan.
2)      Semprotkan secara merata probiotik tumbuh cair dengan dosis 50 cc probiotik dicampur 1000 cc air bersih untuk 100 kg, bahan baku limbah kulit pisang.
3)      Diamkan selama 4 hari untuk proses fermentasi sambil di bolak-balik.
4)      Keringkan pada suhu tempemtur 60 °C selama 24-30 jam.
5)      Selanjutnya limbah kulit pisang yang telah kering digiling hingga halus.

B. Cara pengolahan limbah yang sulit busuk
1)      Tangkai pisang dan daun dipotong dengan ketebalan 1-2 cm.
2)      Bahan yang telah dirajang ditempatkan pada tempat khusus yang terbuka dan terlindung dari sinar matahari dan hujan.
3)      Semprotkan larutan probiotik dengan dan gula dengan dosis 1 liter/100 kg bahan baku limbah.
4)      Diamkan selama 7 hari untuk proses fermentasi.
5)      Keringkan padatemperatur 60°C selama 24-30 jam.
6)      Setelah kering digiling hingga halus.

3.2 Perbedaan Kandungan Gizi kulit pisang sebelum dengan setelah difermentasi
Unsur
Jumlah
Air (%)
68,90
Karbohidrat (%)
18,50
Lemak (%)
2,11
Protein (%)
0,32
Kalsium (mg/100 gr)
715
Fosfor (mg/100 gr)
117
Besi (mg/100 gr)
166
Vitamin B (mg/100 gr)
0,12
Vitamin C (mg/100 gr)
17,5
            Sumber : Sinta, 2009

Tabel 4.
Kandungan Gizi Kulit Pisang Sebelum Difermentasi

Unsur
Satuan
Jumlah
Protein Kasar
(%)
14,88
Serat Kasar
(%)
11,43
Lemak
(%)
7,0
Abu
(%)
23,86
Ca
(%)
0,86
P
(%)
0,41

Tabel 5.
Kandungan Gizi Kulit Pisang dengan Proses Fermentasi


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1)      Penambahan karbohidrat tersedia seperti tetes dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri
2)      Kulit Pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang masih memiliki kandungan gizi yang baik melalui proses silase dan penambahan tetes.

4.2 Saran
Adanya penyuluhan kepada masyarakat dalam hal memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan yang masih dapat digunakan sebagai pakan ternak.

DAFTAR PUSTAKA
Zahera, Rika. 2011. Memanfaatkan Limbah Kulit Pisang untuk Pakan Unggas. http://www.livestockreview.com/2011/05/memanfaatkan-limbah-kulit-pisang-untuk-pakan-unggas/. 28 Mei 2012.
Nurfa. 2010. Pisang Sebagai Bahan Pakan Alternatif. http://ridanurfa.blogspot.com/2010/11/pisang-sebagai-bahan-pakan-alternatif.html. 28 November 2011. 28 Mei 2012.
Hernawati. 2000. Potensi Tepung Kulit Pisang sebagai Pakan Ayam Broiler untuk Menghasilkan Daging yang Mengandung Kolesterol Rendah. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-HERNAWATI/FILE_19.pdf.   29 Mei 2012