WELCOME

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Saya

Minggu, 30 Oktober 2011

Asam Amino

Asam Amino Esensial

Adalah suatu kerangka molekul penting yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tubuh tidak dapat memproduksinya sendiri, oleh karena itu harus memasoknya dari luar. seperti dari pasokan makanan.
Contoh : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treosin, Valin, dan Triptofan

Asam Amino Semi-Esensial

Asam amino semi essensial adalah asam amino yang dapat menghemat pemakaian beberapa asam amino essensial. Definisi semi essensial juga dapat diartikan asam amino yang dapat mencukupi untuk proses pertumbuhan orang dewasa, tetapi tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan anak – anak
Contoh : Arginin, Histidin, Sistin, Glisin, Serin, dan Triosin

Asam Amino Non-Esensial [Unesensial]

Adalah Asam Amino yang dapat diprodiksi sendiri oleh tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah.
Contoh : Alanin, Asparagin, Asam Aspartat, Asam Glutamat, Glutamin, dan Prolin

Minggu, 23 Oktober 2011

Manajemen Penetasan Telur

Untuk mendapatkan telur telur yang bagus untuk di tetaskan harus di yakini bahwa telur-telur  tersebut berasal dari induk induk ayam yang memenuhi syarat sebagai induk yang baik seperti:

1. Telah di Vaksinasi secara lengkap
2. Sehat
3. Mempunyai postur dan bentuk badan yang baik
4. Berasal dari galur murni

Pemilihan induk untuk menghasilkan telur tetas tersebut juga harus dijaga kualitas pakan dan pemberian vitamin yang cukup dan mereka disatukan dengan pejantan unggul yang telah diseleksi dengan ketat dan hanya yang berpostus baik serta jumlah yang sesuai dengan perbandingan induk betina yang ada, sangat disarankan agar mendapatkan telur telur fertile (dibuahi sempurna) dengan rasio yang tinggi.

Hal ini penting agar tidak menjadi sia sia bahwa setelah beberapa saat (katakan 5 hari) setelah dimasukkan ke dalam incubator ternyata banyak yang kosong (tidak dibuahi), maka hal ini akan menjadi kerugian dan buang waktu percuma.

Besar telur dan jumlah telur hasil persilangan / perkawinan tersebut haruslah mempunyai bentuk dan ukuran serta jumlah yang hampir sama agar didapatkan DOC (anak ayam) yang berukuran sama, sehat dan kuat.

Disamping itu, juga disarankan untuk memisahkan atau “membuang” anak ayam yang cacat, kecil atau kelihatan lemah dari sejak awal mereka menetas agar tetap dapat dipertahankan kualitas anak anak ayam yang dipelihara.

Pemilihan ini memeng memerlukan sedikit ketrampilan dan latihan untuk menentukan dan men seleksi anak ayam yang memenuhi criteria yang diharapkan. Sehingga di kemudian hari, bila mereka akan dijadikan induk, mereka dapat dikatakan bagus dan telah lewat seleksi sejak dini.

Seorang peternak yang cakap haruslah tidak memiliki ayam ayam dengan kriteria dibawah ini :

1. Paruh yang bengkok
2. Sayap yang terlipat, miring, turun
3. Kebutaan pada salah satu matanya
4. Kaki yang bengkok atau kecil dan jari jari kaki yang melengkung
5. Atau cacat lainnya yang menyebabkan kesulitan dalam makan, minum atau kawin

Sedangkan syarat yang harus dipenuhi adalah :

1. Ayam jantan harus agresif
2. Tegap dan ber perawakan tinggi
3. Suara yang nyaring, kaki dan jari jari yang lurus sempurna
4. Sedangkan untuk betinanya harus bertelur banyak, bentuk telurnya bagus dan sehat

Selanjutnya untuk di kawinkan maka ada 4 cara yang bisa dipakai yaitu :
(1) kawin masal
(2) kawin dalam kandang kandang kawin
(3) kawin yang di pacokkan dan
(4) inseminasi buatan.

GloryFarm dalam mendapatkan telur tetas yang unggul menggunakan 2 cara pertama yaitu kawin masal dan kawin dalam kandang kandang kawin. Hal ini dilakukan karena lebih mudah dalam pengaturannya dan lebih sedikit campur tangan manusia dan lebih alami. Cara lain seperti inseminasi buatan memerlukan keahlian dan pengetahuan yang lebih untuk melakukannya.

(1) Kawin “Masal” berarti mengawinkan beberapa ayam betina dengan beberapa jantan dalam satu kandang yang cukup luas. Cara ini efektif dipergunakan untuk mendapatkan telur tetas dengan tingkat fertilitas yang tinggi. Sebagai perbandingan, 1 ayam pejantan untuk 6 betina sehingga bila dalam 1 kandang ditempatkan 4 ayam jantan maka betinanya dapat diberikan sebanyak 24 ekor.

Dalam beberapa buku, memang dikatakan ayam arab adalah dari jenis yang jago kawin sehingga disebutkan 1 ekor jantan sanggup mengawini 8 – 10 ekor betina. Dalam hal ini, kami tetap memakai perbandingan yang “aman” dengan tingkat fertilitas tinggi sehingga diberikan hanya 6 ekor betina untuk 1 ekor ayam jantan dengan hasil baik.

(2) Kawin dalam kandang kawinan berarti memberikan hanya 1 ekor ayam jantan dan beberapa ekor betina untuk setiap kandangnya. Biasanya 1 ekor jantan dan 5 ekor betina. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah mengawasi tingkat fertilitas atau kemampuan kawin seekor pejantan. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan suatu persilangan yang direncanakan untuk kepentingan pengembangan atau seleksi khusus.

(3) Kawin yang dipacokkan berarti ayam jantan diletakkan dalam satu kandang khusus, selanjutnya betina yang akan di kawinkan dimasukkan dalam kandang pejantan. Bila pejantan telah mengawini maka sang betina dikeluarkan kembali. Hal ini juga kami lakukan terhadap ayam Bangkok sebab bila dipakai cara ke (2) diatas maka telur yang dihasilkan selalu di makan kembali oleh ayam-ayam tersebut. Sehingga, bila betina Bangkok telah dikawin oleh pejantannya, maka betina tersebut dikembalikan ke kandang batere agar bila bertelur akan aman dari dimakan kembali oleh mereka.

(4) Inseminasi Buatan adalah cara yang biasa dipakai untuk mengawinkan ayam ayam dengan beda umur yang cukup jauh, atau untuk mendapatkan persilangan tertentu karena dalam keadaan normal mereka tidak saling / susah untuk kawin seperti misalkan mengawinkan ayam kate dengan ayam Bangkok. Metode ini tidak atau jarang digunakan karena tidak praktis dan memerlukan peralatan dan keahlian serta pengetahuan khusus.

Di dalam mendapatkan telor tetas, seorang peternak ayam harus juga melengkapi kandang kandang nya dengan sangkar untuk bertelur atau setidaknya bila menggunakan kandang postal maka kandang tersebut harus selalu menggunakan sekam yang cukup ketebalannya dan kebersihannya. Hal ini dimaksudkan agar telur tetas yang dihasilkan akan terjaga kebersihannya dari tanah, kotoran ayam atau malah bibit penyakit menular lainnya. Hal ini kembali kami tekankan untuk selalu menjaga sanitasi kandang yang baik, program vaksinasi dan penyemprotan dengan bahan pembasmi kuman dan bibit penyakit untuk menekan tingkat penyakit yang mungkin ada dan terbawa di kulit telur tetas.

Pemberian vitamin dalam air minum yang bersih dan diganti setidaknya 2 kali sehari, makanan dengan komposisi yang seimbang dalam nutrisi dan jumlahnya juga membantu dalam mendapatkan telur tetas yang ber kualitas.

Pembentukan Telur

1. Infundibulum
- Strukturnya berbentuk corong, lubangnya disebut OSTIUM
- Yolk matang di tangkap oleh infundibulum
- Tinggal selama 18-20 menit
- Kadang-kadang masuk ke rongga abdomen

2. Magnum
- Merupakan bagian terpanjang + 33 cm
- Mensekresikan sebagian besar putih telur (albumen), khalazae, thick albumen, inner thin albumen, outher thin albumen.

3. Isthmus
- Mensekresikan selaput kerabang telur: anner dan outher shell membrane yang menyatu dengan baik kecuali pada ujung tumpul telur.
4. Uterus (shell glan)
- Tempat pembentukan kerabang telur CaCO3
- proses berlangsung malam hari + 20 jam

5. Vagina
- Saluran pendek yang menghubungkan oviduct dengan cloaca

Terbentuknya Telur Yang Abnormal

1. Doble Yolk Egg : terbentuknya kuning telur yang ganda

2. Blood Spot : pada saat ovulasi pembuluh darah pada folicle ada yang pecah dan menimbulkan sedikit pendarahan, maka darah ini menempel pada yolk yang biasanya hanya berupa bintik darah. Apabila pendarahan terjadi pada oviduct maka darah akan menempel pada albumen dan jika darah yang menempel itu cukup besar maka disebut Meat spot. 


3. Bloody Egg : Hal ini disebabkan oleh pendarahan yang hebat sekali, ada juga yang diturunkan secara genetik.


4. Kulit telur yang lembek. Hal ini disebabkan:
- Ransum yang kekurangan kalsium
- Ransum kekurangan vitamin D
- Kelainan dari kelenjar kulit telur yang mensekresikannya
- Karena ada rangsangan dari luar yang menyebabkan sebelum telur menjadi keras.


5. Telur dalam telur
Telur terbentuk sempurna, terjadi kontraksi dan telur dari uterus terdorong kembali ke bagian atas.


6. Small Yolkless egg (telur yang tidak ada kuning telurnya)
Hal ini terjaid karena benda asing yang masuk ke dalam oviduct, kemudian terjadi proses pembentukan telur.

Penetasan Telur Itik

Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Selain itu kerabang telur berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh luar sehingga kondisi telur bagian dalam tidak terpengaruh, dan kondisi embrio tidak terganggu pada saat dierami hingga menetas menjadi anak itik. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja.
Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang keberhasilan dalam menetaskan.
A. Memilih Telur Tetas.
Telur yang baik jika ditetaskan akan mengahasilkan anak itik yang baik pula, untuk itu perhatikan hal-hal dibawah ini agar kita berhasil dalam penetasan telur :
1. Telur, harus dari induk yang dikawini.
2. Bentuk telur, yang baik adalah bulat telur artinya lonjong ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul, rongga udara ada di bagian yang tumpul.
3. Kulit telur, permukaan kulit telur rata, tidak ada cacat, tidak terlalu tebal maupun tipis dan tidak boleh retak sedikitpun.
4. Umur Telur, telur yang akan ditetaskan harus masih segar sebaiknya berumur kurang dari 7 hari. Apabila telur terlalu lama disimpan dapat mengakibatkan kematian pada embrio. Umur telur yang akan ditetaskan sebaiknya mempunyai umur yang seragam, bila tidak seragam maka hasil tetasnya tidak serempak.
5. Bobot telur, bobot telur itik yang baik untuk ditetaskan berkisar antara 60 – 65 gram, bobot telur yang seragam akan menghasilkan anak itik yang seragam besarnya.
6. Kebersihan telur tetas, telur yang akan ditetaskan hendaknya dalam kondisi bersih, telur yang kotor dan terkontaminasi bakteri dapat mengakibatkan telur busuk dan akan menggagalkan penetasan.
B. Faktor yang mempengaruhi Penetasan.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus selama proses penetasan berlangsung adalah :
1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau lampu pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF (38,5ºC), untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang namanya termoregulator.
2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam ruangan mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% - 70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu 75%.
3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.
c. Mengatur ventilasi mesin tetas.
d. Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e. Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
4. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata pada permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk telur dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila telur diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.
5. Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25.
C. Tatalaksana Penetasan.
1. Persiapan penetasan.
a. Dengan melakukan sanitasi / membersihkan mesin tetas dari segala kotoran, kemudian dilakukan fumigasi dengan menggunakan KMnO4 dan Formalin 40%, dengan perbandingan untuk 1 m³ diperlukan KMnO4 6 gram dan Formalin 40% 12 ml.
b. Wadah/bak air diisi dengan air hangat-hangat kuku (38,5ºC), setelah itu bak air dimasukkan dalam mesin tetas.
c. Hidupkan mesin tetas dan stabilkan suhu dalam mesin tetas hingga mendapatkan suhu yang konstan pada skala 101ºF. Cara mengatur suhu dengan merubah kedudukan skrup termostat, apabila suhu belum mencapai 101ºF lampu sudah mati maka skrup pada termostat diputar ke kiri sampai menyala, atau sebaliknya apabila suhu sudah mencapai 101ºF tetapi lampu belum mati maka skrup pada termostat diputar ke kanan sampai lampu mati. Pekerjaan ini di ulang-ulang hingga diperoleh suhu 101ºF, kemudian tunggu selama 24 jam, apabila sudah tidak berubah lagi maka mesin tetas sudah siap digunakan.
d. Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan 45 derajat, dan bagian ujung tumpul berada diatas.
e. Penambahan kelembaban, untuk telur itik perlu dilakukan penambahan kelembaban dengan pengabutan air pada telur maupun dalam mesin atau telur di basahi dengan air hangat dilakukan setiap pembalikan telur.
2. Pelaksanaan penetasan.
a. Hari ke 1 : Masukkan telur ke dalam mesin tetas setelah langkah-langkah persiapan sudah siap. Ventilasi ditutup rapat, suhu 101ºF, catat posisi telur pada kartu kontrol. Lakukan pemerikasaan telur (candling) setelah 24 jam.
b. Hari ke 2 : Mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, Suhu 101ºF.
c. Hari ke 3 : Mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, Suhu 101ºF.
d. Hari ke 4 : Mulai pemutaran telur, pemutaran telur dilakukan sehari 3 kali yakni pagi jam 06.00, siang jam 14.00, malam jam 22.00 (interval 8 jam) dengan cara membalik, mengeluarkan telur beserta raknya. Pemutaran dilakukan diluar sambil pendinginan 10 – 15 menit (Putar 3 kali dan pendinginan), Suhu 101ºF. Ventilasi dibuka ¼ bagian, jangan lupa dicatat.
e. Hari ke 5 : Putar 3 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka ½ bagian.
f. Hari ke 6 : Putar 3 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka ¾ bagian.
g. Hari ke 7 : Putar 3 kali dan pendinginan, dilakukan pemeriksaan telur dan hanya telur yang embrionya hidup yang dimasukkan kembali kedalam mesin tetas, suhu 101 ºF, ventilasi dibuka seluruhnya, air diperiksa dan jangan lupa dicatat.
h. Hari ke 8 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air. ventilasi dibuka seluruhnya.
i. Hari ke 9 : Putar 3 kali dan pendinginan.
j. Hari ke 10 : Putar 3 kali dan pendinginan.
k. Hari ke 11 : Putar 3 kali dan pendinginan.
l. Hari ke 12 : Putar 3 kali dan pendinginan.
m. Hari ke 13 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air.
n. Hari ke 14 : Putar 3 kali dan pendinginan. dilakukan pemeriksaan telur ke dua.
o. Hari ke 15 : Putar 3 kali dan pendinginan.
p. Hari ke 16 : Putar 3 kali dan pendinginan.
q. Hari ke 17 : Putar 3 kali dan pendinginan.
r. Hari ke 18 : Putar 3 kali dan pendinginan.
s. Hari ke 19 : Putar 3 kali dan pendinginan.
t. Hari ke 20 : Putar 3 kali dan pendinginan.
u. Hari ke 21 : Putar 3 kali dan pendinginan.
v. Hari ke 22 : Putar 3 kali dan pendinginan.
w. Hari ke 23 : Putar 3 kali dan pendinginan.
x. Hari ke 24 : Putar 3 kali dan pendinginan.
y. Hari ke 25 : Putar 3 kali dan pendinginan. dilakukan pemeriksaan telur ke tiga, suhu dikontrol. Ventilasi dibuka seluruhnya, air diperiksa jika perlu ditambah dengan air hangat. Jangan lupa dicatat.
z. Hari ke 26 : Tidak dilakukan pemutaran tetapi tetap dikontrol.
aa. Hari ke 28 : Pada hari ini biasanya telur sudah mulai retak.
ab. Hari ke 29 : Pada hari ini biasanya telur sudah menetas, anak itik yang sudah kering dikeluarkan dari mesin tetas.
3. Penanganan Anak itik
Setelah anak itik menetas mencapai umur satu hari, anak itik dipindahkan ke kandang box dan diberi pemanas sebagai ganti induk itik dan diberi pakan starter, pemeliharaan selanjutnya seperti memelihara itik unggas pada umumnya, untuk itik seyogyanya pemberian pakan dicampur air (sedikit basah).

4. Pengakhiran praktikum
Mesin tetas yang sudah selesai digunakan dicuci sampai bersih dan dicucihamakan kemudian dikembalikan ke ruang penetasan, seperti kondisi saat peminjaman, keadaan mesin tetas utuh, peralatan thermometer, rak maupun perlengkapan lainnya dikembalikan untuk disimpan atau digunakan lagi.

PUSTAKA
Edwin Soedjarwo.2000. Membuat Mesin Tetas Sederhana. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Elly Listiyowati dan Kinanti Roospitasari. 1999. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersial. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf. 1991. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna. E, Umiyati Atmomarsono, dan Rukyat Kartasudjana (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Titik Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Titik Sudaryani dan Hari Santosa.2000. Pembibitan Itik Ras. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Tutik Nuryati, Sutarto, Muh. Khamim, Peni S. Hardjosworo. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.