WELCOME

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Saya

Kamis, 05 April 2012

Pengawetan Silase


Pengawetan hijauan merupakan bagian dari sistem produksi ternak. Pengawetan hijauan dengan pembuatan silase bertujuan agar pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun, untuk mengatasi kekurangan pakan di musim paceklik harus dilaksanakan pengawetan. Tanaman mempunyai kecepatan tumbuh yang
besar di musim penghujan, jadi ketersediaan hijauan ataupun limbah hasil pertanian pada musim tersebut akan berlimpah (jerami padi, sisa tanaman jagung, kacang-kacangan).
             Fungsi pengawetan akan tercapai bila setelah hijauan ataupun limbah pertanian dipanen segera dilakukan pencacahan baik dengan golok atau chopper rumput. Hal ini merupakan upaya agar proses respirasi yang terjadi pada sel tanaman segera terputus dan berhenti. Tujuannya adalah agar kandungan air hijauan dapat mencapai titik dimana aktivitas air dalam sel tanaman dapat mencegah perkembangan mikroba. Pengawetan tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta komposisi kimia hijauan tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat makanan (gizi tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak pada nilai nutrisi hijauan tersebut.

Pembuatan Silase :
Silase adalah hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70 %) melalui proses fermentasi dalam silo. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari: tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas dan lain sebagainya.

Prinsip Pembuatan Silase :
1)  Prinsip pembuatan silase yaitu usaha untuk mencapai dan mempercepat :
a.  Keadaan hampa udara (anaerob).
b.  Terbentuk suasana asam dalam penyimpanan (terbentuk asam laktat).
2)  Untuk mendapatkan suasana anaerob dikerjakan dengan cara :
a.  Pemadatan bahan silase (hijauan) yang telah dicacah dengan cara ditekan, baik dengan menggunakan alat atau diinjak-injak sehingga udara sekecil mungkin (minimal).
b.  Tempat penyimpanan (silo) jangan ada kebocoran dan harus tertutup rapat yang diberi pemberat.
c.  Pembentukan suasana asam dengan cara penambahan bahan pengawet atau bahan imbuhan (additif) secara langsung dan tidak langsung. Pemberian bahan pengawet secara langsung dengan menggunakan:
- Natrium bisulfat
- Sulfur oxida
- Asam chlorida
- Asam sulfat
- Asam propionat.
- dll.


Pemberian bahan pengawet / bahan imbuhan (additif) secara tidak langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung hidrat arang (carbohydrate) yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
· Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
· Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
· Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
· Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
· Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.

Panjang pemotongan rumput :
Rumput yang dipotongnya terlalu panjang, akan menyulitkan saat pengepakan ke dalam silo, dan kemungkinan masih banyak oksigen yang tersisa. Jadi ini akan menyulitkan tercapainya suasana anaerob. Sedangakan pemotongan/pencincangan rumput yang terlalu lama akan berakibat menurunnya kandungan lemak susu, ruminasi, proses memamah biak, pengeluaran air liur (salivasi) dan menyebabkan rendahnya pH rumen (acidosis).

Jenis hijauan yang dapat dibuat silase :
- Rumput.
- Sorghum.
- Jagung.
- Biji-bijian kecil.

Pembuatan Silase

I. Alat
1.1 Silo : alat yang akan dipakai untuk melakukan proses fermentasi, pengawetan hijauan, dan penyiapan. Sebaiknya dengan kapasistas untuk 50 kg hijauan yang telah dicacah.
1.2 Mesin pencacah (Chopper) atau golok dan talenan: untuk mencacah hijauan yang akan dibuat silase.
1.3 Plastik atau bahan lain yang tidak tembus rembesan air sebagai pelapis pada dinding dan penutup silo.
1.4 Ban bekas/bahan-bahan yang digunakan sebagai pemberat.

II. Bahan

2.1 Hijauan makanan ternak (bahan yang telah dipanen) yang akan diawetkan dengan dibuat silase.
2.2 Bahan pengawet (additif) yang dipilih dari salah satu yang tersebut di atas.

III. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
· Gunakan chopper seperlunya, jauhkan tangan dari mata pisau chopper.
· Berhati-hati pada saat pembukaan silo, setelah proses ensilage berakhir karena proses yang tidak sempurna berbahaya untuk saluran pernafasan.
· Gunakan blower untuk menghilangkan gas yang terbentuk dan tidak dikehendaki.


IV. Langkah Kerja Pembuatan Silase :
4.1 Hijauan makanan ternak (rumput maupun limbah pertanian), dilayukan dengan cara diangin-anginkan kurang lebih semalaman, kemudian dicacah dengan panjang potongan 2-5 cm atau dilakukan dengan mesin pencacah (chopper).
4.2 Bila tidak dicampur dengan bahan pengawet/ additif, hijauan yang telah dicacah dapat langsung di masukkan ke dalam silo. Jika diberi pengawet/additif, penambahannya dilakukan dengan cara menaburkan secara merata selapis demi selapis untuk hijauan dengan ketebalan 10 cm, kemudian diaduk sampai rata.
4.3 Hijauan yang telah dicampur dengan additif atau pengawet, ditekan kuat-kuat dalam silo (bak silo/kantung plastik), dipadatkan dengan jalan diinjak-injak sehingga tidak ada lagi udara yang tersisa (hampa udara). Silo diisi padat atau nya.
4.4 Silo dapat dibongkar sesudah proses fermentasi selesai (30 hari).

V. Kualitas Silase yang baik :
· pH sekitar 4
· Kandungan air 60-70%.
· Bau segar dan bukan berbau busuk.
· Warna hijau masih jelas.
· Tidak berlendir.
· Tidak berbau mentega tengik.