CURING PADA DAGING SAPI
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah
IPTEK Pengolahan Daging
Oleh :
1)
AGUNG
NUGROHO (105050101111033)
2)
DITHA
NOVI ANGGRAINI (105050101111034)
3)
ADITYA
YANUARDA (105050101111039)
4)
AGUS
BUSIRI (105050101111047)
Kelas / Kelompok : B / 10
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging
merupakan produk peternakan yang mengandung protein yangdiperlukan tubuh.
Protein dalam daging tidak dapat digantikan dengan proteinlainnya. Daging
tentulah disukai semua orang dan menjadi hidangan ekslusif ketika
dihidangkan di meja. Konsumsi daging di Indonesia tersebar dari desasampai
kota. Oleh karena itu pengolahan daging juga sangat beragam
sesuaidengankebutuhan atau
yang diinginkan.
Tujuan dari pengolahan yaitu untuk pengawetan daging
dan penambahan citarasa. Pengolahan daging ini dapat bersifat tradisional
maupun moderen. Pengolahan secara tradisional dapat dilakukan dengan
pengeringan, penggaraman maupun pengasapan. Sedangkan pengolahan secara
modern dapat dilakuakan dengan pasteurisasi, pengalengan
atau produk beku. Pengolahan daging ini disuaikan dengan daerah
ataupun tradisi masyarakatsetempat. Bahkan ada cara pengawetan daging yang
hanya terdapat di satudaerah saja. Pada praktikum ini akan diajarkan cara
pengolahan daging dengan membuat
produk lidah asap. Pengolahan ini menggunakan
garam dan pengasapan
yang lama untuk menambah cita rasa. Daging adalah urat
yangmelekat pada kerangka kecuali urat dari bagian bibir, hidung dan telinga
dari hewan yang sehat sewaktu dipotong. Daging terdiri
dari otot, jaringan penghubung dan jaringan lemak.
Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi
tinggi disamping telur, susu dan ikan.
Daging
mengandung protein, lemak, mineral, air serta vitamin
dalam susunan
yang berbeda tergantung jenis makanan dan jenis hewan.
Hewan yang berbeda mempunyai komposisi
daging yang berbeda pula. Komposisi daging terdiri dari 75% air,
18% protein, 4% protein yang dapatlarut (termasuk mineral) dan 3% lemak. Ternak
rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan hewan)
55%, macam-macam hasil sampingan 9%, kulit 6% dan bahan lainnya 30%.
Daging yang baik ditentukan oleh warna, bau, penampakan dan kekenyalan. Semakin daging tersebut lembab atau basah serta lembek (tidak kenyal) menunjukkan
kualitas daging yang
kurang baik.
Salah satu cara pengawetan yang umum dan mudah dilakukan adalah dengan
cara pengasinan (curing), curing sendiri adalah suatu proses yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan
garam sodium khlorida dan pengendalian aktivitas air (water activity/aw),
di ikuti dengan penggunaan garam nitrit yang ditambahkan untuk mempertahankan
warna daging dan pengasapan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme
selanjutnya dan mencapai suatu rasa daging asin yang di inginkan (K.A. Buckle et
al 1987).
Kasus yang paling
menyeruak dikalangan masyarakat baru-baru ini ialah penggunaan formalin dan
borak dibeberapa produk perishable
food khususnya daging sapi, masyarakat
dengan berbagai dalih untuk menambah rasa dan keawetan makanan tanpa
memperdulikan efek bahan yang digunakan terhadap kesehatan masyarakat. Hal ini
karena keterbatasan pengetahuan tentang cara-cara pengawetan yang baik, serta
kurang berorientasi pada nilai gizi sekaligus desakan ekonomi sehingga masalah
pemenuhan dan pengolahan bahan pangan terabaikan. Hal inilah yang mendorong diperlukannya
berbagai regulasi/peraturan dari instansi terkait Agar dapat melindungi
konsumen dari berbagai masalah keamanan pangan dan industri pangan di
Indonesia.
Pengawetan
daging merupakan suatu cara menyimpan daging untuk jangka waktu yang cukup lama agar kualitas
maupun kebersihannya tetap terjaga. Tujuan
pengawetan adalah menjaga ketahanan terhadap serangan jamur (kapang),
bakteri,virus dan kuman agar daging tidak mudah rusak. Ada beberapacara pengawetan yaitu: pendinginan,
pelayuan, pengasapan, pengeringan, pengalengan dan pembekuan.
Sebaiknya daging hewan yang baru saja disembelih
tidak cepat-cepat dimasak, tetapi ditunggu beberapa lama atau
dilayukan terlebih dahulu. Untuk daging sapi atau daging kerbau dapat
dimasak sesudah pelayuan selama 12-24 jam;
daging kambing, domba,
babi sesudah 8–12 jam, sedangkan untuk daging pedet (anak
sapi) sesudah 4-8 jam. Usaha pengawetan daging diperlukan untuk
memenuhi selera atau kebutuhan konsumen serta mempermudah dalam
pengangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
-
Apakah definisi dari curing ?
-
Bagaimana proses
pengolahan daging menjadi curing?
-
Apa saja keuntungan dan kelemahan curing?
-
Bagaimana keadaan mikroorganisme setelah proses curing ?
-
Apakah saja perubahan nutrisi yang terkandung dalam daging sapi hasil curing
?
-
Apa
saja manfaat dan penyakit yang disebabkan oleh daging curing
?
1.3 Tujuan Penulisan
-
Mengetahui definisi dari curing
-
Mengetahui proses pengolahan daging menjadi curing
-
Mengetahui keuntungan dan kelemahan curing
-
Mengetahui keadaan
mikroorganisme setelah proses curing
-
Mengetahui perubahan nutrisi yang terkandung dalam daging sapi hasil curing
-
Mengetahui manfaat dan penyakit yang disebabkan oleh daging curing
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Cured meat (daging curing) dihasilkan dari proses
pemberian garam curing kepada daging. Garam
curing terdiri dari garam, nitrit dan atau nitrat, gula serta bumbu lain.
Curing dapat dilakukan secara kering (dry curing) atau secara basah
(wet curing). Curing
kering dilakukan dengan melumuri daging dengan garam
curing. Curing
basah (wet curing atau dikenal juga sebagai brine curing)
dilakukan dengan
merendam daging dalam larutan garam curing atau dengan
menyuntikkan larutan garam curing ke dalam daging dengan
alat khusus. Daging
yang telah
diberi garam curing disimpan beberapa hari pada suhu +5 0C,
kemudian daging
dibilas, yang selanjutnya siap disajikan atau diasap.
Daging
merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.Selain mutu
proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula kandungan asam aminoesensial yang
lengkap dan seimbang (Nadia, 2009).
Definisi daging secara umum adalah
bagian dari tubuh hewan yang disembelihyang aman dan layak dikonsumsi manusia.
Termasuk dalam definisi tersebutadalah daging atau otot skeletal dan
organ-organ yang dapat dikonsumsi (edible offals) (Lukman, 2008).
Menurut strukturnya daging terdiri dari jaringan
otot, jaringan ikat, pembuluh darah dan jaringan
syaraf. Menurut Lawrie (1995) yang dimaksud dengan daging
adalah daging
tanpa jaringan pengikat khusus atau tendo sehingga lunak dan berasal dari
ternak yang digunakan sebagai bahan makanan.
Daging sapi berwarna merah
terang/cerah, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik
daging elastis,
sedikit kaku
dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di
tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas( gurih). Kandungan protein daging sapi sebesar
18,8% dan lemak total 14%.
Garam nitrat dan nitrit pada umumnya sering digunakan
pada proses curing daging guna
mendapatkan warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikrobia. Mekanisme curing
menurut Winarno (2002) adalah nitrit bereaksi dengan gugussulfhidril dan
membentuk senyawayang tidak dapat dimetabolisasi oleh mikrobia dalam
kondisi anaerob. Pada daging, nitrit membentuk nitroksida yang
dengan pigmen daging akan membentuk nitrosomioglobin yang berwarna merah
cerah.
Pembentukan nitrooksida dapat terlalu banyak jika
hanya menggunakan garamnitrit, oleh sebab itu biasanya digunakan campuran garam
nitrat dan garam nitrit.Garam nitrat akan tereduksi oleh bakteri nitrat
menghasilkan nitrit. Peranan garamnitrat sendiri sebagai bahan pengawet masih
dipertanyakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat bahwa
nitrat tidak dapat mencegahkebusukan, bahkan akan mempercepat kebusukan dalam
keadaan aerobik.
Daging mudah sekali mengalami
kerusakan oleh mikroba. Kerusakan dagingditandai oleh adanya perubahan bau dan
timbulnya lendir yang biasanya terjadi jika jumlah mikroba menjadi jutaan atau ratusan juta sel
atau lebih per 1 cm luas permukaan daging.
Kerusakan mikroba pada daging terutama disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a.
Pembentukan lendir
b.
Perubahan
warna
c.
Perubahan
bau menjadi busuk karena terjadi pemecahan protein danterbentuknyasenyawa-senyawa berbau busuk
seperti ammonia, H2S dansenyawa lain-lain.
d.
Perubahan
rasa menjadi asam dan pahit karena
pertumbuhan bakteri pembentukasam dan senyawa pahit.
e.
Terjadi
ketengikan yang disebabkan
pemecahan atau oksidasi lemak daging
Beberapa BTPyang diizinkan antara
lain adalah:
1.Garam NaCl (garam dapur), berguna untuk menghambat pertumbuhan khamir/yeast dan jamur. Penggunaan
garamdapur berkisar antara 1,5-3%
2. Sodium
tripolyphosphate (STPP), bertujuan menurunkan jumlah bakteri sehingga
produk olahan daging dapat tahan lama. Perendaman karkas selama 6 jam dalam larutan disodium fosfat dengan konsentrasi 6,23% dapat meningkatkan
masa simpan 1-2 hari. Penggunaan STPP pada produk olahan daging
tidak boleh lebih dari 0,5%.
3. Sodium nitrit, digunakan dalam
campuran curing untuk menghasilkan kestabilan pigmen daging olahan. Jumlah
penggunaan tidak boleh lebihdari 156 ppm, kadang-kadang dikombinasikan dengan
askorbat550 ppm untuk mencegah pembentukan senyawa karsinogen nitrosamine.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Curing
Curing daging adalah cara mengolah daging dengan
menambahkan beberapa bahanseperti garam (NaCl, natrium nitrit, dan natrium
nitrat), gula (dekstrosa, sukrosa, atau patihidrolisis), serta bumbu. Curing
bertujuan untuk mendapatkan warna daging yang stabil,aroma, tekstur, dan
kelezatan yang baik. Selain itu, curing juga untuk mengurangi pengerutandaging selama diolah dan memperpanjang masa
simpan produk daging (Chowdhury, 2006).
3.2
Proses pengolahan
daging menjadi curing
|
|
|
|||||
|
||||
|
|||||||
3.3
Keuntungan dan kelemahan curing
Kelebihan/keuntungan daging curing adalah
:
Untuk memperoleh
warna yang stabil dan baik, serta mengurangi pengkerutan daging,
mempertahankan warna daging lebih stabilterhadap perlakuan pemanasan, tekstur,
serta kelezatan, dan memperpanjang masa simpan produk daging. Adanya
perbaikan aromadari daging. Karena nitrit juga dapat menghambat oksidasi
lemak daging sehingga tidak terjadi perubahan aroma akibat terjadinya
oksidasi.
Kelamahan atau kekurangan daging curing adalah karena
Nitrit bersifat toksik bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Dosis nitrit
lebih dari 15-20 mg/kg berat badan dapat mengakibatkan kematian. Untuk daging cured sekitar 20-40kali lebih rendah
daripadadosis letal ioni. Dosis nitrit yang diizinkan tidak lebih dari 200 ppm,
sedang dosis nitrat tidak melebihi 500 ppm. Untuk itu daging curing yang dikonsumi
dengan dosis yang kecil, kerena akan mengganggu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hajo,
N.A. Nadia. 2009. Tenderize Chicken Breast Meat by Using Different Methods of Curing. University of Baghdad, Baghdad,
Iraq. http://www.pjbs.org/pjnonline/fin1425.pdf diakses
pada tanggal 6 Mei 2012
Buckle, K. A. Et al. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press
Chowdhury, Banani Ray. 2006. Effect of combination pre-treatment on physicochemical, sensory and
microbial characteristics of fresh aerobically stored minced goat (Black
Bengal) meat organs. Jadavpur University, Kolkata, India. http://
www.academi cjou rnals.org/ajb/PDF/pdf2006/16Jun/Banani%20et%20al.pdf pada
tanggal 7 Mei 2012
Hadiwiyoto,
Soewedo. 1983. Hasil – hasil Olahan Susu,
Daging dan Telur. Liberty. Yogyakarta
Ingham,
steven c. 2005. Inhibition of salmonella serovars, escherichia coli O157:h7 and listeria monocytogenes during Dry-curing and drying of meat: a
case study with basturma. Madison. http:// www. meathaccp.wisc.edu/assets
/manuscripts/2009/ basturma.pdf diakses pada
tanggal 7 Mei 2012
K. Ray, Frederick. 2007. Meat Curing. Oklahoma state university. http://pods.dasnr.
Okstate .edu/docushare/dsweb/Get/Document-2055/ANSI-3994web.pdf diakses
pada tanggal 6 Mei 2012
Nummer, Brian A. et
al. 2004. Effects of Preparation
Methods on the Microbiological Safety
of Home-Dried Meat Jerky. International
Association for Food Protection http: //www .aamp.com/regulatory/documents/CSU-EffectsofPreparation_000.pdf diakses
pada tanggal 7 Mei 2012
Sebranek,
Joseph G. Et al. 2007. Cured meat
products without direct addition of nitrate or nitrite:what are the issues?.
United States. http://www.vet.unipi.
it/system/files/Cured %20 meat%2 0prod ucts%20 without% 20direct%20addition
%20of%20nitrate%20or%20nitrite.pdf diakses pada
tanggal 6 Mei 2012
Astawan, M. 2004. Mengapa Kita Perlu
Makan Daging. Departemen TeknologiPangan dan Gizi. IPB. http://www.gizi.net.
Cross, H.R. and A.J.Overby 1988. World Animal Science : Meat Science, Milk
Science andTechnology. Elsevier Science Publisher B.V., Amsterdam. deMan, J.M.
1989.Kimia Makanan Edisi Kedua. Terjemahan : K. Padmawinata. Institut Teknologi bandung.Bandung.Lawrie, R.A. 1995. Ilmu
Daging. Terjemahan: A. Parakkasi. University IndonesiaPress,
Jakarta. Nuraini, H. dan Komariah. 1998. Komposisi asam amino, nilai gizi
dan kadar kolesterol daging dan lidah sapi asap. Makalah Seminar. Lembaga
Penelitian.Institut Pertanian Bogor, Bogor.