WELCOME

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Saya

Kamis, 30 Juni 2011

Bahan Pakan Ternak

Bahan Konsentrat sumber protein

  1. Sumber Protein Asal Tanaman 
* Bungkil Kedelai
* Bungkil Kapas
* Bungkil Kacang
* Bungkil Bunga Matahari
* Bungkil Kopra
* Bungkil Kelapa

2.

Senin, 27 Juni 2011

SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin pada unggas merupakan sistem regulasi yang kerjanya dirangsang oleh sistem syaraf untuk mengontrol kegiatan pada tubuh unggas. Sistem kerja syaraf dipengaruhi oleh rangsangan elektrik dan sistem endokrin dipengaruhi oleh perangsang kemis yang disirkulasikan aliran darah ke pusat-pusat kelenjar endokrin (North, 1978). 

Sistem Kerja Hormon pada Unggas
Kelenjar endokrin merupakan organ spesifik yang menghasilkan suatu produk kimia disebut hormon. Hormon tersusun dari beberapa substansi kimia seperti protein,  steroid dan substansi lain akan dilepas ke dalam aliran darah dan ditransportasikan  untuk meningkatkan, menurunkan atau memberikan efek metabolik terhadap fungsi organ (North, 1978).
Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas terdapat pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan ditransformasikan menuju hipothalamus sehingga hipothalamus akan mensekresikan hormon- releasing factor (HRS). HRS yang dihasilkan hipothalamus akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars anterior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin. Beberapa hormon yang disekresikan PPA  antara lain Thyroid-stimulating hormone (TSH), Adrenocorticotrophic hormone (ACTH), dan dua dua jenis Gonadotrophic hormone (GTH) yang masing-masing berefek pada aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan kelenjar kelamin dan juga menghasilkan Growth hormone (GH) yang mengatur pertumbuhan tubuh unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terangsang untuk menghasilkan hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu (Nesheim et al., 1979).

 Fungsi Beberapa Hormon
           Hormon tiroid mempengaruhi tingkat metabolisme, pertumbuhan bulu dan pewarnaan bulu, hormon produk sekresi dari kelenjar adrenal mempengaruhi metabolisme mineral dan karbohidrat serta mengurangi stres, hipotiroid mempunyai karateritik terhadap pertumbuhan bulu lambat dan kemunduran aktivitas reproduksi. Hormon pada saluran gastrointestinal dapat mengatur pengeluaran cairan pada proventrikulus dan pankreas, mengatur kontraksi limpha dan perpindahan pakan unggas karena kontraksi pada saluran digesti. Insulin dan glucagon yang dihasilkan oleh Langerhans dan sel Beta pada pankreas mengatur metabolisme karbohidrat. Kelenjar parathiroid dan ultimobranchial body mensekresikan hormon yang mengatur deposisi kalsium pada tulang dan kerabang telur. Hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars posterior PPP (pars posterior pituitary) mengatur regulasi tekanan darah dan keseimbangan air pada ayam petelur  (Nesheim et al., 1979).

Kelenjar
                   Hormon
                        Fungsi
Testis
 
 
Ovarium
 
 
 
 
 
 
PPA
 
 
 
 
 
PPP
 
Tiroid
 
Paratiroid
 
Adrenal
 
 
Langerhans
 
Androgen
 
 
Estrogen
 
 
 
Progesteron
 
Androgen
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
LH (Luteinizing Hormone)
LTH (Luteotropic Hormone)/Prolaktin
TH (Thyrotropic Hormone)
ATH (Adrenotropic Hormone)
GPH (Growth Promoting Hormone)
Oksitosin/Pitosin
Vasopresin/Pitesin
Tiroksin
 
Parathormon
 
Adrenalin
 
Cortin
Insulin
Perkembangan karakter sekunder.
Produksi sperma (spermatogenesis).
Tingkah laku reproduksi.
Perkembangan karakter sekunder.
Pigmentasi bulu.
Perkembangan oviduk.
Mengatur keseimbangan PPA.
Pengaturan oviduk bersama estrogen pada gerak peristaltik dan sekresi.
Pertumbuhan comb.
Stimulasi perkembangan folikel (calon telur) dalam ovarium
Proses ovulasi.
Proses mengeram.
Stimulasi glandula tiroid.
Stimulasi glandula adrenal.
Stimulasi proses pertumbuhan bulu.
Pengaturan proses peneluran.
Kontraksi saluran darah.
Metabolisme sel.
Proses pertumbuhan bulu.
Peningkatan Ca darah (untuk kerabang).
Vasokontraktor (menaikkan tekanan darah dan stimulir kegiatan jantung).
Fasilator konversi protein menjadi KH.
Metabolisme KH (pengeluaran energi dan cadangan energi).

SISTEM SYARAF UNGGAS

Sistem syaraf pada unggas merupakan satu kesatuan yang dapat mengontrol semua fungsi pada tubuh. Rangsangan syaraf akan disampaikan melalui sistem syaraf yang terdiri dari sel-sel syaraf  ke beberapa pusat syaraf, yang terdapat pada otak, sumsum tulang dan ganglia (terdapat pada tubuh). Sistem syaraf dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem syaraf otak atau somatik yang bertanggung jawab terhadap gerakan tubuh pada kondisi sadar dan  sistem syaraf  otonom yang bertanggung jawab dalam koordinasi gerak dibawah sadar seperti pada gerakan alat pencernaan, pembuluh darah dan kelenjar hormon (Nesheim et al., 1979).
Ayam mempunyai korteks serebral atau neokorteks kecil (pada hewan yang berintelegensia tinggi berkembang baik). Hipothalamus berfungsi mengatur kebutuhan pakan dan air, sekresi pituatari anterior, agresivitas dan tingkah laku sosial (Akoso, 1993).

Sistem Indera
a.     Penglihatan
Syaraf penglihatan pada otak  berkembang baik (lobus opticus), sehingga mempunyai ketajaman penglihatan (Akoso, 1993).
 Penglihatan menggunakan mata, yang menempati sebagian besar pada bagian kepalanya, porsi ini lebih besar dibanding mamalia. Penglihatan hanya dapat merasakan bentuk permukaan dan ukuran, juga tidak dapat membedakan warna dengan baik.  Penglihatan  hanya  berdasarkan  pengenalan  bentuk pada
ukuran bentuk besar dan bukan pengenalan luas secara keseluruhan (Nesheim et al., 1979).

b.      Pendengaran
Menurut Nesheim et al. (1979) alat pendengaran pada unggas telah berkembang dengan baik. Hubungan komunikasi yang digunakan dalam pembicaraan diantara ayam betina dengan anaknya ada beberapa bentuk komunikasi dengan menggunakan signyal-signyal suara, seperti cara memanggil anak ayam untuk menarik induknya.
Menurut Akoso (1993) telinga ayam secara anatomi lebih menyerupai telinga hewan jenis reptil, tetapi berkembang baik walaupun tidak sebaik mamalia.

c.     Penciuman
Indera penciuman unggas tidak berkembang baik. Unggas mempunyai susunan anatomi syarat yang berhubungan dengan penciuman, tetapi tanggap terhadap bau sulit untuk diketahui secara jelas. Rasa dan aroma merupakan faktor penting bagi ayam dalam mengenal macam pakan, walaupun demikian ayam mampu untuk membedakannya (Akoso, 1993).

 Tingkah Laku Sosial
Ayam yang dipelihara pada kandang secara bergerombol (flocks) dengan jelas terdapat perbedaan hubungan sosial diantaranya. Beberapa penelitian menunjukkan karakteristik tingkah laku dari ayam tersebut. Salah satu tingkah laku sosial tersebut adalah peck order atau tingkatan sosial dalam kelompok ayam yang sejenis dimana yang kuat mendominir yang lemah (Nesheim et al., 1979).
 Peck order terlihat dengan tampaknya sebagian kecil dari ayam yang bergerombol menyendiri pada sisi kandang. Jika terjadi persaingan diantara kelompok ayam, maka ayam yang memiliki tingkatan sosial lebih rendah akan menghindar dari ayam yang mempunyai tingkatan sosial lebih tinggi, sehingga terjadi pengelompokan ayam antara tingkatan sosial pemenang dan yang kalah. Begitu juga pada ayam jantan yang ditempatkan pada komunitas yang baru, jika tidak bisa memenangkan persaingan sosial di dalamnya, ayam itu bisa mengalami kematian (Nesheim et al., 1979). Pada tingkah laku pakan, ayam yang mempunyai tingkatan sosial lebih tinggi akan  mempunyai kesempatan lebih dahulu menikmati pakan dibanding dengan yang tingkatan sosial lebih rendah. Ayam jantan akan lebih banyak mengkonsumsi pakan dibanding dengan ayam betina, karena tingkatan sosialnya lebih tinggi dibanding betina (Nuhriawangsa, 1994).

SISTEM PERNAPASAN

Ayam bernapas dengan menggunakan paru-paru dan kantong udara (air sacs).  Secara umum sistem pernapasan dari unggas didukung oleh beberapa organ, yaitu lubang hidung, larinx, trakhea, srinx, bronkhi, paru-paru, kantung udara dan rongga tulang (North, 1978) dan tampak pada gambar 7. Secara umum diuraikan sebagai berikut:

 Lubang hidung (nares anteriores
 Lubang hidung (nares anteriores). Berjumlah sepasang, terdapat pada pangkal rostrum bagian dorsal dan merupakan lubang masuk pertama yang berhubungan dengan luar. Nares posteriores (lubang hidung dalam), terletak pada palatum dan hanya satu buah di tengah (Radiopoetrao, 1991).

Larink (larynx) 
 Larink disokong oleh cartilago cricoidea dan cartilago arytenoidea yang berjumlah sepasang (Radiopoetra, 1991). 

Trachea (trakhea)
Trakhea merupakan lanjutan dari larink kearah kaudal. Berupa suatu pita yang mempunyai cincin-cincin tulang yang disebut annulus trachealis (Radiopoetra, 1991).  

Srink/pita suara (srynx)
 Srink terdapat pada bagian bifurcatio tracheae, tersusun dari beberapa annulus trachealis pada bagian kaudal dan annulus bronchialis pada daerah kranial.  Alat ini membatasi bagian yang melebar yang disebut tympanum (Radiopoetro, 1991). Pita suara atau bagian jakun bawah pada batang tenggorok (percabangan bronki menjadi dua) ini menghasilakan suara pada unggas. Pita suara merupakan satu-satunya bagian alat pernapasan yang mampu menghasilkan suara, sedangkan jakun merupakan bagian pembentuk suara (Nesheim et al., 1979; Akoso, 1993).

            Bronchi (bronkhi) 
           Bronkhi merupakan percabangan dari trakhea kearah kanan dan kiri (bronchus dexter dan broncus sinister), dengan tempat percabangan yang disebut bifurcatio trachea. Batang tenggorok ini masih terbagi lagi menjadi bronchi lateralis yang masing-masing terbagi lagi menjadi parabronchi (Radiopoetro, 1991).  
 
                                   Paru-paru (lung/pulmo) 
          Paru-paru terdapat pada bagian ujung-ujung bronkhi berjumlah sepasang dan melekat pada bagian dorsal thorax. Paru-paru terbungkus oleh selaput yang disebut pleura (Radiopoetro, 1991). Paru merupakan organ yang sangat penting peranannya dalam pernapasan. Fungsi utamanya untuk mencukupi oksigen yang diperlukan oleh tubuh untuk pembakaran dan untuk pembentukan tenaga. Juga berfungsi untuk mengeluarkan sisa pembakaran yang berupa karbon dioksida dan uap air. Struktur paru-paru ayam sangat kaku dan selama bernapas hanya terjadi sedikit gerakan mengembang dan mengempis (Akoso, 1993).

                    Kantung udara (air sacs) 
            Kantung udara (saccus pneumaticus) terdiri dari air sac/saccus: abdominalis (aa/terdapat diantara lipatan intestinum), thoracalis anterior (ata/terletak pada dinding sisi tubuh pada rongga dada sebelah muka), thoracalis posterior (atp/terletak dibelakang thoracalis anterior), interclavicularis (ai/terletak di median, hanya satu buah dan berhubungan dengan kedua paru-paru) dan cervicalis (ac/terletak pada leher dan berjumlah dua pasang). Semua bagian air sacs tersebut berhubungan dengan cavum pnumaticus (Radiopoetro, 1991).
                    Kantung udara merupakan suatu rongga dengan dinding jaringan tipis dan halus sehingga sulit dikenali pada posisi mengempis. Ayam yang sudah mati sukar diketahui kantung udaranya, karena posisi mengempis, sehingga perlu pengamatan secara cermat sewaktu bedah bangkai (Akoso, 1993). Kantung udara selain membantu dalam proses pernapasan pada waktu terbang juga berfungsi:
i. Membantu mempertahankan suhu luar oleh pengaruh keadaan luar.
ii. Membantu memperkeras suara.
iii. Meringankan tubuh.
iv. Mengapungkan tubuh diudara.
v. Membantu difusi dari darah untuk diekskresikan lewat paru-paru   sebagai uap air.

Mekanisme Pernapasan

Paru-paru letaknya menempel pada tulang rusuk bagian atas pada rongga dada. Udara yang dihirup karena ada tekanan akan masuk kedalam kantung udara dan didistribusikan kembali masuk atau keluar dari paru-paru. Distribusi udara karena aktivitas kontraksi otot pendukung pernapasan pada unggas ada dua cara, secara inspirasi dan ekspirasi (Neheim et al.,  1979).
  Berbeda dengan mamalia, unggas mempunyai paru-paru lebih kecil sehingga memerlukan pendukung yang berupa kantung udara dan rongga tulang (North, 1978). Mekanisme kerja pernapasan pada ayam dengan bantuan kantung udara dengan dua cara, yaitu pada waktu istirahat dan pada waktu terbang:

  Istirahat
 Pada waktu istirahat saat inspirasi, costae bergerak ke arah cranioventral, sehingga cavum thornealis membesar, paru-paru mengembang dan udara masuk ke dalam paru-paru. Pada saat ekspirasi, costae kembali pada kedudukan semula, cavum thornealis mengecil, paru-paru mengempis dan udara keluar. Beberapa otot yang berfungsi pada ekspirasi adalah musculus intercostalis internus, musculus rectus abdominis, musculus obliquus abdominis externus dan musculus transversus abdominis

Terbang 
 Pada waktu terbang yang berfungsi adalah saccus interclavicularis dan saccus axilaris. Apabila sayap diturunkan saccus axilaris terjepit, sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar, begitu pula sebaliknya apabila sayap diangkat saccus axilaris membesar dan saccus interclavicularis mengecil. Pada peristiwa ini akan mengakibatkan terjadinya pergantian udara pada paru-paru (Radiopoetra, 1991). 

Pernapasan dan Pengaturan Temperatur Ayam

Unggas mempunyai suatu mekanisme yang kompleks untuk mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara melepas dan memproduksi panas. Pengeluaran panas tubuh pada unggas amat penting karena unggas tidak mempunyai kelenjar keringat,  sehingga kerja dari paru-paru dan air sac amat penting untuk menurunkan suhu pada tubuhnya. Pengaturan keseimbangan kadar air dan pelepasan panas banyak dipengaruhi oleh proses inspirasi melaui hidung, saluran pernapasan, paru-paru dan kantung udara (Nesheim et al., 1979).
Untuk mempertahankan suhu tubuhnya unggas menggunakan mekanisme yang kompleks dengan cara pengaturan produksi dan pelepasan panas:  

Suhu di bawah 80oF 
 Pada kondisi suhu lingkungan di bawah 80oF unggas melakukan mekanisme pertahanan suhu tubuh melalui radiasi, konveksi dan konduksi. Pembuangan panas tubuh melalui seluruh permukaan tubuh, terutama yang tidak ditumbuhi bulu dan sekitar 40% melalui bagian kepala (mulut, hidung, comb, pial dan kulit).  

Suhu di atas 80oF 
 Pada kondisi suhu lingkungan di atas 80oF pelepasan panas melalui mekanisme evaporasi dengan cara pembuangan uap air melalui saluran pernapasan (panting). Panting merupakan mekanisme yang penting sebab unggas akan berusaha menjaga temperatur tubuh konstan (dibawah suhu lingkungan) pada kondisi suhu lingkungan yang tinggi (Nesheim et al., 1979). Pada kondisi panting ayam mengalami cekaman panas (stress panas) sehingga tampak megap-megap, tubuh posisi menyentuh tanah dan bulu-bulu ditegakkan dan kadang-kadang ayam selalu minum untuk menjaga keseimbangan kadar air dan pelepasan panas tubuh.

SISTEM OTOT PADA AYAM

         Jaringan otot merupakan bagian yang penting yang menyusun bererapa organ pada tubuh unggas. Secara garis besar ada tiga tipe otot, yaitu: otot polos, otot jantung dan otot skeletal (Nesheim et al., 1979).

Otot polos   
Otot polos merupakan otot yang menyusun pada saluran pembuluh darah, saluran pencernaan dan beberapa organ yang dikontrol dibawah sadar (Nesheim et al., 1979). Otot polos tersusun dari sel-sel yang berbentuk kumparan halus dengan masing-masing satu nukleus yang terletak ditengah, berbentuk oval dan mempunyai fibril-fibril yang homogen. Sel-sel tersebut tersusun dalam lapisan-lapisan yang diikat dengan jaringan pengikat fibrosa (Radiopoetra, 1991).

Otot jantung   
Otot jantung merupakan otot penyusun pada organ jantung (Nesheim et al., 1979). Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot skeletal, hanya serabut-serabutnya bercabang dan saling beranyaman atau dengan kata lain otot jantung adalah otot skeletal yang bekerja tanpa sadar atau involunter (Radiopoetra, 1991).              

Otot skeletal 
Otot skeletal bekerja dengan sadar dan menyusun  sebagian besar pada karkas ayam. Otot  dada (breast), otot gending (thigh), dan otot paha (leg) merupakan otot skeletal yang penting yang menyusun tubuh ayam. Otot dada merupakan bagian yang paling besar menyusun pada karkas ayam (Nesheim et al., 1979). Otot skeletal juga disebut otot lurik atau otot serat lintang. Fibril-fibrilnya tampak mempunyai jalur-jalur melintang gelap dan terang yang berselang-seling, karena fisiknya berbeda. Sel-selnya berbentuk silindris dengan diameter sekitar 50 U dan panjang sekitar 2,5 cm atau lebih. Sel-sel otot lurik biasanya mempunyai banyak nukleus. Otot lurik pada ayam biasanya berkelompok dan diikat dengan jaringan pengikat, membentuk bundel otot atau muskulus yang mempunyai bermacam-macam bentuk. Selubung tersebut terikat pada periosteum tulang atau saling bergabung membentuk tendo yang mengikat bundel otot tersebut pada skeleton. Sel otot tersebut berkonstraksi bersama-sama sehingga otot tampak menggembung dan memendek. Otot skeletal biasanya berkonstraksi cepat dan mempunyai periode istirahat berkali-kali (Radiopoetra, 1991).

Macam Otot Ayam

Ayam mempunyai dua jenis/macam otot, yaitu otot merah (red muscle) dan otot putih (white muscle). Otot merah mengandung mioglobin yang berfungsi sebagai pengikat besi dan pembawa komponen oksigen, tetapi otot putih tidak. Mioglobin sama seperti hemoglobin pada manusia, sebagai pigmen warna merah pembawa oksigen pada darah (Nesheim et al., 1979).
Pada otot merah kandungan lemak lebih banyak dan protein lebih sedikit dibanding otot putih (Nuhriawangsa, 1994). Begitu juga mioglobin lebih banyak dibanding otot putih. Aktivitas dari otot juga mempengaruhi warna dari otot, pada otot paha mempunyai warna lebih gelap dibanding otot dada, karena pada paha lebih banyak mempunyai cekaman untuk berdiri dan menyangga tubuh dibanding pada dada. Selain itu bangsa ayam juga mempengaruhi struktur otot, pada ayam pedaging otot lebih terang warnanya dan lebih besar diameternya dibanding ayam petelur (North, 1978).
Sesaat setelah penyembelihan otot akan berubah menjadi daging dan mengalami proses patologis yang dinamakan rigor mortis atau kaku bangkai. Otot berubah menjadi kaku karena kenaikkan tegangan otot sehingga kehilangan elastisitas. Kaku bangkai dimulai dari tubuh bagian depan melanjut ke belakang dan biasanya hilang dengan urutan yang sama (Akoso, 1993).

SISTEM KERANGKA AYAM

            Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan meringankan tubuh saat terbang (North, 1978).
Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan pada tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat.  Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada unggas air (Akoso, 1993). Tulang punggung pada leher dan ekor dapat digerakkan dan pada bagian badan memanjang dan hanya satu ruas yang dapat digerakkan. Tulang punggung tersebut bersatu membentuk suatu susunan struktur yang kaku yang dapat memberikan kekuatan pada susunan tubuh untuk menopang kekuatan gerakan  dan aktivitas sayap (Nesheim et al.,  1972).
Fungsi kerangka tangan dan lengan pada manusia digantikan sayap pada unggas, begitu pula kaki pada manusia menyerupai pada kaki unggas.    Tulang metatarsus merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang dan menyatu pada bagian shank (North, 1978).


Macam Tulang Pada Unggas

Ayam mempunyai banyak macam tulang yang berongga (tulang pneumatik) yang berhubungan dengan fungsi dari sistem pernapasan. Beberapa tulang tersebut adalah tulang tengkorak (skull), tulang lengan (humerus), tulang selangka (clavicle), tulang pinggang (lumbal) dan tulang kemudi atau sacral vetebrae (Nesheim et al., 1972).
Beberapa tulang pada unggas termasuk suatu tipe yang unik yang di dalam rongga dalamnya terdapat sumsum tulang. Tulang sumsum  merupakan suatu tulang sekunder baru.  Pada ayam petelur tulang sumsum terdiri atas kalsium tulang yang di dalamnya terdapat ruang sumsum dengan anyaman tulang yang lembut  dan porous yang berfungsi sebagai sumber kalsium untuk membentuk kulit telur bila kalsium pada pakan rendah. Tulang sumsum terdapat pada tulang kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pinggul (pubic), tulang dada (sternum), tulang iga (ribs), tulang hasta (ulna), tulang belikat (scapula) dan tulang kuku atau toes (Nesheim et al., 1978). 
Sekitar 12 % dari jumlah keseluruhan tulang pada ayam betina dewasa tersusun atas tulang sumsum.  Ayam dara menjelang produksi telur pertama, 10 hari sebelumnya mulai membentuk tulang sumsum. Ayam liar tulang sumsumnya menghasilan cukup kalsium untuk membentuk kerabang, meskipun pada kondisi kalsium pada pakan rendah pada saat masa bertelur (Nesheim et al., 1978). Penimbunan kalsium pada tulang ayam betina yang dipelihara hanya dapat mencukupi kebutuhan pembentukan beberapa kerabang telur. Apabila kandungan kalsium pada pakan rendah, maka ayam setelah bertelur sekitar 6 butir akan kehilangan sekitar 40% dari total kalsium tulang (Akoso, 1993).

Sistem Ekskresi

1.      GINJAL
Fungsi-fungsi ginjal, yakni :
- Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia.    Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus.
- Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air;             mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan
-  Mempertahankan keseimbangan asam dan basa.
Ekskresi : Urine.

a. Struktur Ginjal
            Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
a.       korteks (bagian luar)
b.      medulla (sumsum ginjal)
c.       pelvis renalis (rongga ginjal).
            Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.

b. Proses-proses di dalam Ginjal
Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
            Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
            Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.

2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
            Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
            Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
            Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

3. Augmentasi
            Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
            Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a. Jumlah air yang diminum
            Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b. Saraf
            Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin
            Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

2. Paru-paru (Pulmo)
            Fungsi paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karma mengekskresikan zat Sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hash metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.
            Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02).

3. Hati (Hepar)
Fungsi Hati (Hepar), yakni :
- Hati disebut juga sebagai alat ekskresi karna menghasilkan empedu.
- Merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin.
   Setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses     menjadi kekuningan.
- Memecah proyein menjadi kreatinin dan pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut        oleh darah ke ginjal.
            Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.

4. Kulit (Cutis)
Fungsi hati (Hepar), yakni :
- Organ ekskresi karna mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan       5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat.
- Pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ          penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh
Ekskresi : keringat.
Keringat mengandung : air, larutan garam, dan urea.
Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan.


Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan dermis.
a. Epidermis (lapisan terluar) dibedakan lagi atas:
1. stratum korneum berupa zat tanduk (sel mati) dan selalu mengelupas
2. stratum lusidum
3. stratum granulosum yang mengandung pigmen
4. stratum germinativum ialah lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit ke arah luar.

b. Dermis
            Pada bagian ini terdapat akar rambut, kelenjar minyak, pembuluh darah, serabut saraf, serta otot penegak rambut. Kelenjar keringat akan menyerap air dan garam mineral dari kapiler darah karena letaknya yang berdekatan. Selanjutnya, air dan garam mineral ini akan dikeluarkan di permukaan kulit (pada pori) sebagai keringat. Keringat yang keluar akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan tetap.
            Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut suhu lingkungan yang tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh yang meningkat sehingga proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan energi, gangguan emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada saraf simpatik.